Mohon tunggu...
Arjunnajih
Arjunnajih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lara Tanpa Kasih

12 Desember 2024   09:09 Diperbarui: 12 Desember 2024   00:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Fabian Centeno

Ketika rindu tumbuh tanpa akar,

Hampa rumah, sepi jiwa yang lapar.

Kehangatan cinta seperti bayang-bayang,

Datang tak pernah, hilang tak berbilang.

Aku kecil, menunggu di pintu yang sunyi,

Bayang-bayang mereka hanya ilusi.

Langit malam berbisik janji,

Namun pagi mengubur harapan ini.

Tak ada tangan yang mendekapku erat,

Hanya dingin yang jadi teman terhebat.

Apa arti tawa, jika itu semu?

Apa arti cinta, jika tak pernah kutemu?

Setiap cerita tentang keluarga,

Laksana belati mengoyak dada.

Mengapa mereka punya pelangi?

Sementara aku tenggelam dalam sunyi?

Amarahku bangkit, bukan karena benci,

Tapi iri pada takdir yang melukai.

Aku bertanya pada takdir yang bisu,

Seindah apa hari esok, hingga bebanku sebegitu?

Namun kini, biarlah semua terjadi,

Biar waktu melarutkan pedih yang abadi.

Di sini, dalam sunyi yang selalu menemani,

Biar ku tuangkan lara hati ini.

Kalam Awam

Yogyakarta, 06 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun