Aku adalah rumput di tengah badai,
tak sebesar pohon, tak sekuat karang laut.
Tapi lenturku adalah rahasia,
kokoh melanjutkan hidup,
meski angin menderu membawa amarah.
Badai datang dengan gemuruhnya,
menggulung asa, mencabik keyakinan.
Namun aku tak melawan,
hanya merunduk rendah,
membiarkan topan melewatiku dengan sia-sia.
Karena aku tahu, hidup bukan tentang kerasnya perlawanan,
melainkan tentang lenturnya penerimaan.
Seperti rumput yang tunduk namun tak patah,
aku belajar mengikuti alur,
mempertahankan akar dengan lentur.
Ketika hujan deras mengguyur tanah,
aku menyerapnya menjadi kekuatan baru.
Ketika matahari kembali bersinar,
aku menegakkan diriku,
membiarkan hijauku memeluk langit biru.
Aku tak butuh menjadi kokoh untuk bertahan,
karena lentur adalah satu-satunya amunisi.
Jalani hidup santai penuh makna,
hadapi badai penuh percaya diri,
melangkah ke depan penuh angan,
menjadi rumput penuh ingin,
yang selalu bangkit dari reruntuhan angin.
Kalam Awam
Yogyakarta, 19 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H