Dukungan partai PAN dan Golkar ke Gerindra dikatakan oleh sebastian pengamat politik adalah putusan yang tidak mengejutkan. kenapa demikian karena sejatinya lahirnya gerindra sebagai partai pada tabun 2008 tidak terlepas dari kondisi Golkar saat itu yang sedikit mengalami ketidakstabilan. Masing-masing tokoh kuat Golkar saat itu memilih mendirikan parti politik baru salah satunya adalah Gerindra.Â
Terlepas dari  faktor kesejarahaan, gabungnya Golkar dan PAN ini juga mengulangi koalisi sebelumnya dipilpres tahun 2014 yang kala itu mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan Hata Rajasa sebagai calon wakil presiden. Mereka saat itu diusung oleh koalisi merah putih yang beranggotakan Golkar, Grindra, PAN, PKS, PPP, dan PBB.Â
Enam (6) partai pengusung ini memiliki prosentase suara saat itu sebesar 51, 9%, jauh diatas Koalisi Indonesia Hebat yang mengusung calon presiden Joko Widodo dan HM Jusuf Kala sebagai wapres. Koalisi ini hanya terdiri dari PDI-P, PKB, NasDem dan Hanura yang saat itu memiliki prosentase suara sebesar 36,46%.Â
Hasil pilpres pada 9 juli 2014 tersebut kemudian dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan HM Jusuf Kala. Pasangan ini meraih presentase suara dari seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri sebesar 53,15 % sedangkan Prabowo Subianto dan Hata Rajasa meraih suara 46,85%. Perolehan suara dari pasangan Joko Widodo saat itu jauh diatas prosentase suara dari koalisi partai pengusung  yang hanya di kisaran 36,46%.Â
Sebaran suara pasangan Joko Widodo dan HM Jusuf Kala dari 34 propinsi menguasai 24 propinsi sedangkan pasangan Prabowo Subianto hanya menguasasi 10 propinsi yang berasal dari: Aceh, Sumatra barat, Riau, Sumatra selatan, Banten, Jawa barat, Kalimantan selatan, Nusa tenggara barat, Gorontalo, dan Maluku utara.Â
Setelah lima tahun berlalu sejak pertarungan pilpres tahun 2014, pada tahun 2019 Prabowo Subianto kembali diusung untuk menjadi calon presiden. Saat tahun 2019 tersebut ia berpasangan dengan wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Lawan yang dihadapi oleh merekapun saat itu masih sama yaitu petahana Joko Widodo yang berpasangan dengan ulama karismatik sekaligus ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma'ruf Amin.
Pengusung utama pada pertarungan pilpres tahun 2019 ini cenderung masih sama. Petahana Joko Widodo diusung oleh PDI-P, Golkar, PKB, NasDem, PPP, Hanura. Keenam (6) partai parlement ini memiliki suara sebesar 63, 62%. Sedangkan pengusung Prabowo Subianto memiliki suara perlemen sebesar 36, 38 % yang terdiri dari Gerindra, Demokrat, PAN, PKS. Hasil pertarungan pada pilpres 17 april 2019 itu dimenangkan oleh petahana Joko Widodo dengan memperoleh suara 55,50% sedangkan lawannya memperoleh 44,50%.Â
Sebaran suara yang diperoleh petahana Joko Widodo dari 34 propinsi menguasai 21 propinsi yaitu: Sumatra utara, Lampung, Bangka belitung, Kepulauan riau, DKI Jakarta, Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa timur, Bali, Nusa tenggara timur, Kalimantan barat, Kalimantan tengah, Kalimantan timur, Kalimantan utara, Sulawesi utara, Maluku, Papua dan Papua barat  sedangkan Prabowo Subianto menguasai 13 propinsi yang meliputi: Aceh, Sumatra barat, Riau, Jambi, Sumatra selatan, Bengkulu, Banten, Jawa barat, Nusa tenggara barat, Kalimantan selatan, Sulawesi tenggara, Sulawesi selatan, dan Maluku utaraÂ
Fenomena pemilihan umum tahun 2014 dan tahun 2019 membongkar kebiasaan politik yang pasca reformasi selalu dipakai sebagai acuan yaitu majunya ketua umum partai pada konstelasi pilpres. Joko Widodo membuktikan meskipun dirinya saat itu bukanlah ketua umum parti namun kinerjanya sebagai kepala daerah di Solo dan DKI Jakarta mengantarkannya mendapatkan golden tiket sebagai calon presiden. Namun disisi yang lain lawannya saat itu selama dua kali pertarungan masih memegang tampuk pimpinan sebagai orang pertama di partai Gerindra.Â
Bagaimana dengan pertarungan pilpres saat ini
Upaya membangun koalisi saat ini setidaknya telah dilakukan oleh tiga (3) koalisi parti yang menyepakati kerjasaam politik. Para partai ini telah menampilkan calon yang akan diusung menjadi bakal calon presiden. Koalisi yang dipimpin oleh PDI-P bersama dengan PPP sepakat mengusung bakal calon Ganjar Pranowo. Sedangkan koalisi yang dipimpin oleh Gerindra, Golkar, PAN, dan PKB sepakat mengusung bakal calon Prabowo Subianto dan koalisi pimpinan NasDem, PKS, dan Demokrat mengusung Anis Baswedan.Â