Lantas apakah akan  kita sia-siakan perjuangan pahlawan dalam mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan bangsa? Dan membiarkan bangsa kita hancur karena ulah warganya sendiri? Lalu sikap apa yang harus kita lakukan?
Disinilah pentingnya pendidikan anti korupsi diterapkan, salah satunya adalah dengan penerapan sikap peduli. Dalam menghadapi keadaan ini para generasi penerus bangsa harus memiliki sikap peduli, baik peduli kepada sesama atau peduli terhadap lingkungan.Â
Permasalahannya sekarang banyak kaum muda yang cenderung terbawa arus globalisasi dan modernisasi hingga meniru budaya barat yang bertolak belakang dengan budaya bangsa salah satunya bersikap acuh dan egois serta tidak peduli dengan sekitar.
Seseorang yang memiliki sikap egois tidak akan berfikir tindakannya menguntungkan atau merugikan orang karena yang terpenting adalah kebutuhan dirinya dapat terpenuhi.Â
Orang egois cenderung melakukan segala cara agar mereka bisa unggul dan menjadi nomer satu.Â
Selain itu mereka adalah manipulator yang baik. Mereka juga sering memerintah dengan semaunya serta sulitnya menghargai pencapaian seseorang. Apakah kita termasuk pribadi yang egois tersebut?
Pendidikan yang tinggi tidaklah menjamin bahwa orang tersebut akan terhindar dari korupsi. Fakta yang terjadi di negara kita, koruptor tersebut bukanlah orang-orang bodoh dan pinggiran yang tidak pernah merasakan bangku sekolah, tetapi mereka adalah orang-orang dengan pendidikan dan gelar yang tinggi, memiliki kedudukan dan status sosial yang tinggi, bahkan orang yang paham akan hukum.Â
Hal tersebut membuat mereka menjadi pribadi yang sulit menerima kritik dan saran sebab mereka merasa sudah paham dan mengerti tentang hal tersebut. Â
Lalu  mengapa mereka mampu melakukan korupsi dan dengan mudahnya beralasan khilaf? Jawabannya adalah karena rasa peduli mereka terhadap sesama sudah hilang. Yang ada dipikiran mereka hanyalah kenyamanan dan kemewahan serta kepuasan diri sendiri dan keluarga.Â
Mereka tidak memandang bahwa masih banyak  orang yang kelaparan, kehausan bahkan rela mempertaruhkan nyawanya untuk bekerja demi bisa makan sehari sekali.