"Nah! Kalo si Demang  mata duitan, seneng meres orang kampung dan doyan perempuan," sahut Bek Rahmadi.
Bek Taher yang terkenal galak dan tempramental langsung bergerak ke luar rumah.  Diperintahkan semua murid perguruan pencak silat Kampung Tongkol untuk siapkan senjata serta segera berangkat  menuju pelabuhan Sunda Kelapa.
Selang beberapa  waktu kemudian, lembayung senja  menghias langit di atas pelabuhan Sunda Kelapa. Puluhan burung camar berderet terbang rendah mengumpulkan makanan  untuk dibawa pulang ke  sarang. Tampak sebuah kapal layar besar siap berangkat, sementara beberapa perahu lebih kecil tengah bongkar muat barang yang dibawa dari negeri seberang. "Mami, ayo naik dahulu. Bawa Hans dan Gretha ke kapal," ujar Mister Berry Van Aerle kepada istrinya di ujung jembatan untuk naik dek kapal layar. Dia lalu berbalik ke arah Bek Taher dan Bek Rahmadi yang juga sudah  tiba di pelabuhan untuk memberikan pengamanan.
Terima kasih, kalian orang baik sama Saya punya keluarga. Tapi tidak mungkin Scott curangi Saya," ucapnya dengan logat khas orang bule.
"Same-same Mister Berry.  Elu pade sebetulnye orang baek.  Tapi masalahnye banyak anjing-anjing kumpeni yang rakus dan seneng nyedot darah saudarenye sendiri," jawab Bek Taher dengan  lugas.
Namun belum sempat utusan kerajaan Belanda itu berbicara lagi, tiba-tiba segerombolan perampok bersarung ala ninja menyerbu rombongan Berry Van Aerle, termasuk Bek Taher dan Bek Rahmadi. Â Maka terjadilah pertempuran fisik antara pengawal utusan yang hanya berjumlah lima orang dibantu kedua jawara Betawi menghadapi perampok beringas.
Pertempuran sebetulnya tak berimbang karena perampok puluhan jumlahnya melawan tujuh pembela Mister Berry. Â Namun berkat kemahiran ilmu pencak silat kedua pendekar pesisir Jayakarta, maka satu per satu perampok dapat dilumpuhkan
Berry Van Aerle sempat kegirangan ketika muncul pasukan bayonet menuju pertempuran. Dirinya yakin Cornellis Scott akan membantunya. Tapi dugaan sang jurnalis salah total!  Para opas  malah membantu para perampok meyerang kedua bek dan pengawal kerajaaan.
Pada saat bersamaan dari perahu-perahu pengangkut barang berloncatan puluhan murid perguruan silat Kampung Tongkol. Maka seketika teradilah pertempuran sengit mematikan dan berdarah di pelabuhan.
Bek Rahmadi memaksa Mister Berry dan dua pengawalnya yang tersisa supaya segera masuk kapal dan berangkat berlayar.  Lalu setelah ketiga orang kerajaan sudah berada di atas dek, Bek Rahmadi menendang jembatan papan hingga tercebur ke laut.  Kebetulan jangkar sudah diangkat dan layar sudah berkibar sehingga kapal  mulai bergerak pelan meninggalkan pelabuhan.
Menyadari kapal telah bergerak dan buruannya lepas, sebagian pasukan bayonet meninggalkan lawan lalu bergegas ke pinggir dermaga.  Lantas serangkaian letusan senjata laras panjang tertuju kepada kapal  yang ditumpangi Berry Van Aerle bersama keluarga.  Akhirnya seluruh pasukan bayonet mengalihkan perhatian ntuk membombardir kapal layar yang mulai masuk lautan lepas.  Ditambah lagi pasukan meriam didatangkan untuk menenggelamkan kapal para utusan.