"Kakek, katanya lirih sambil memeluk si lelaki tua yang masih bingung atas apa yang sedang terjadi.
"Ah, Kamu Erdhin?" tanya si kakek menerka.
Remaja itu melepas pelukannya lalu mengangguk pelan mengiyakan. Giliran kakek itu yang memeluk remaja yang ternyata cucunya. Â Diungkapkannya rasa syukur dan bangga karena cucunya semata wayang telah juga menjadi santri di pondok pesantren.
"Bagaimana kabar Mamakmu Nak?" tanya Kakek.
Erdhin tidak menjawab malah menuju kedua santri tadi untuk megucapkan terima kasih lalu mengambil alih ransel kakeknya. Setelah menyampaikan pesan sesuatu, Erdhin segera mengajak sang kakek meninggalkan pondok dan menuju rumah tinggal dia dan ibunya di samping kompleks pesantren.
Dalam perjalanan yang sebentar  itu, tidak ada sepatah kata pun keluar dari keduanya.  Erdhin membuka pintu rumah yang tak terkunci.  Kemudian menggelar sebuah karpet yang sebelumnya tergulung di pojok ruangan.  Tidak ada bangku dan meja di dalam rumah kecil  ukuran tiga kali delapan meter tersebut, begitu juga tak ada radio, pesawat televisi maupun barang elektronik lainnya.  Tanpa dipersilahkan, Kakek segera merebahkan tubuhnya di atas karpet karena merasa lelah dan kantuk yang mulai menyerang.
Erdhin segera memasak air panas dengan kompor gas satu tungku yang tampaknya harta satu-satunya yang terdapat di rumah itu.  Lalu dibuatlah segelas teh tanpa gula untuk disuguhkan kepada sang kakek.  Namun belum sampai gelas disuguhkan, tiba-tiba sang kakek bangun dari rebahnya  penuh semangat.
"Erdhin! Mamakmu mana?" tanya kakek
Yang ditanya segera duduk bersila di hadapan sang kakek. Erdhin tak langsung menjawab pertanyaan itu tapi malah memandang tajam lelaki tua itu dengan mata berkaca-kaca.  Menerima tatapan  bersirat kepedihan membuat keheranan mulai menyelimuti perasaan kakek.
"Mamak meninggal Kek, sehabis lebaran tahun lalu Kek," ujar Erdhin pelan memberanikan diri menjawab.
Kakek tertegun tanpa ekspresi menunjukkan dia tak dapat menerima dan memahami pernyataan cucuya. Â Namun sebentar kemudian air mata meleleh di atas kedua pipinya.