Mohon tunggu...
Ariya Wirasastra
Ariya Wirasastra Mohon Tunggu... Penulis - Fiksionis, jurnalis independen dan kolomnis sosial humaniora

Ariya Wirasastra adalah Alumni IISIP Jakarta. Pernah bekerja sebagai desainer grafis (artistik) di Tabloid Paron, Power, Gossip, majalah sportif dan PT Virgo Putra Film .Jurnalis Harian Dialog, Tabloid Jihad dan majalah Birokrasi. Penikmat berat radio siaran teresterial, menyukai pengamatan atas langit, bintang, tata surya dan astronomi hingga bergabung dengan Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ) dan komunitas BETA UFO sebagai Skylover. Saat ini aktif sebagai pengurus Masyarakat Peduli Peradaban dan dakwah Al Madania Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Loveless

25 Januari 2022   16:41 Diperbarui: 6 September 2023   11:31 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yeoboseyo Appa, ada apa?"  tanya Uri setelah mengetahui siapa yang menelepon.

"Sudah sholat dzuhur, sayang?" tanya balik suara di seberang.

Selanjutnya  seperti biasa, jawaban sebentar lagi dari Uri membuat jengkel si penelepon. Serangkaian  nasihat diselingi rayuan  mengalir ke telinga Uri. Setelah lewat tujuh menit, perbincangan ia telepon diakhiri dengan senyum manis Uri.

"Iya Ayahku sayang.  Jangan lama-lama transferannya, hi hi hi..."  ujar Uri manja.

Namun baru dijauhkan dari telinga, nada panggil kembali terdengar.  Ternyata teman sekamarnya yang baru kemarin sore pulang kampung ke Yogyakarta.

"Annyeong Sarah. Kamu sudah sampai rumah?" tanya Uri  dengan antusias. Wajahnya yang tadi lesu dan muram, perlahan berseri.  Tapi piyama yang dikenakannya  semakin basah oleh keringat. Sambil memegang smartphone, Uri bangkit dari duduknya lalu menggeser sedikit kaca jendela agar angin masuk dan menyejukan ruang.

"Sebelum subuh Aku sudah  sampai Stasiun Tugu.  Sebelum jam enam, Aku sampai di rumah. Tapi tahu ndak Uri, Aku nyesal pulang. Sepi Uri, Malioboro, Pasar Bringharjo dan desaku sepi gara-gara Covid," ujar Sarah yang seperti biasanya cerewet.  Uri terbayang bagaimana ekspresi sahabatnya di kampus sekaligus sekamar di apartemen yang mereka sewa bersama.

"Tahu ndak Uri? Di sini lebih ketat daripada Jakarta.  Seperti baru-baru lockdown, padahal kampus kita mulai offline toh. Mending Aku ndak usah pulang, bisa pelesiran bareng Kamu," lanjut Sarah dari seberang. Uri semakin membayangkan sahabatnya yang super cerewet itu duduk di atas kasur sambil terus bicara.

"Hai Uri, Kamu sehat? Kok aku ngomong eh kamunya diam saja," protes Sarah.

"Aduh Sarah, gimana Aku ngomong kalau  KA 'Argo Lawu' lewat," hi hi hi jawab Uri ceria.

Bukannya marah disebut kereta lintas provinsi, Sarah malah ikut tertawa.  Saling curhat pun terjadi antara kedua mahasiswi program studi sastra Korea itu. Uri pun mengalami hal serupa, sejak berakhir UAS memang sebagian penghuni apartemen telah mudik. Sementara dirinya malah dilarang pulang karena di lingkungan Rukun Tetangga (RT) di tempat tinggalnya terdapat beberapa warga melakukan isolasi mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun