Mohon tunggu...
Ratu Langit
Ratu Langit Mohon Tunggu... -

nothing to display\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sanggupkah Tuhan Menerima Musibah

2 Juni 2012   04:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Mbah, musibah demi musibah ini menyelimuti kita, kita harus bergerak
Mbah.”

“ Simbah di sini saja Le, mengabdikan diri untuk penduduk Merapi. Kamu yang masih muda yang harus bergerak, sadarkan orang dari tidurnya, sadarkan orang dari sikap fatalis menghadapi musibah. Sudah sana, belajar yang bener, santri kalau kerjaannya main PS terus ya kayak kamu ini jadinya. Ilmune nggedabus, pangertene mbladhus. Belajar sana bagaimana mengatur bantuan yang tepat guna dan tepat sasaran, jangan hanya kitab kuning kau pelajari, kitab putih pun harus kau pelajari, dan jangan lupa sekarang banyak kitab digital yang bisa dipelajari.“

Sambil menggerakkan tangannya menyuruh aku pergi, Mbah Maridjan merogoh sakunya, dikeluarkannya selembar duit 50 ribu. “ Ini hanyalah lembaran 50 ribuan Le, kuserahkan padamu. Duit ini akan benar2
jadi milikmu kalau kamu memberikannya kepada yang membutuhkan, banyak itu sepanjang kaki Merapi.”
Dilemparkannya duit itu kepadaku, aku mengambilnya sambil bingung memikirkan apa maksud kata2 Mbah Maridjan yang terakhir tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun