Dalam masyarakat modern, kendaraan bermotor sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Kendaraan yang kita tahu seperti mobil, sepeda motor, bis, kereta dan yang lainnya kini menjadi transportasi pilihan karena kenyamanan dan efisiensinya. Namun di balik manfaat tersebut terdapat berbagai kekhawatiran dan keluhan yang harus diperhatikan terkait dampak kendaraan listrik terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Fenomena "belok kanan, belok kiri" sering kita jumpai di kalangan pengemudi khususnya para ibu-ibu di berbagai kota di Indonesia.
Fenomena ini mengacu pada situasi di mana pengemudi berbelok ke kiri setelah mengaktifkan lampu sein kanan. Kebiasaan ini tidak hanya membingungkan pengguna jalan lain, tapi juga bisa berujung pada kecelakaan lalu lintas yang berbahaya. Meski tampak sederhana, fenomena ini mencerminkan permasalahan yang lebih kompleks terkait  kesadaran  masyarakat, khususnya ibu-ibu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan ini adalah:
1. Kurangnya pendidikan dan pelatihan pengemudi yang tepat
Banyak pengemudi, termasuk para ibu, mungkin tidak mendapatkan pelatihan pengemudi yang tepat. Pentingnya menggunakan lampu sein dengan benar dan memahami dampaknya terhadap keselamatan jalan sering kali diabaikan. Meningkatkan kesadaran berkendara memerlukan program pelatihan yang lebih intensif dan teratur.
2. Kebiasaan dan pengaruh lingkungan
Kebiasaan mengemudi yang buruk seringkali didapat dari lingkungan. Jika pengemudi sering mengamati perilaku "belok kanan, belok kiri" di jalan tanpa  sanksi  tegas, mereka mungkin menganggapnya wajar dan dapat diterima.
3. Kesulitan berkonsentrasi dan melakukan banyak tugas
Ibu seringkali harus membagi perhatiannya antara mengemudi dan mengawasi anaknya di dalam mobil. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi dan perhatian terhadap sinyal yang benar. Multitasking saat mengemudi dapat mengganggu kemampuan untuk memperhatikan sekitar dan mengambil keputusan.
4. Kurangnya penegakan hukum yang konsisten
Ketidaktegasan dalam penegakan peraturan lalu lintas juga menjadi penyebab utama. Jika pelanggaran seperti "belok kanan, belok kiri" tidak diberi sanksi yang jelas, pengemudi dapat mengulangi pelanggaran tersebut. Mengubah perilaku mengemudi yang tidak pantas memerlukan penegakan hukum yang konsisten.
Mengatasi fenomena ini memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.
Pertama, kita perlu meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya berkendara yang aman. Kampanye mengemudi yang aman bagi para ibu dengan pendekatan yang jelas dan relevan dapat membantu mengubah perilaku para ibu di jalan.
Kedua, pelatihan pengemudi yang lebih berkelanjutan perlu diberikan oleh pemerintah dan industri otomotif. Pelatihan ini tidak hanya mencakup keterampilan teknis tetapi juga perilaku mengemudi dan kesadaran lalu lintas.
Ketiga, kita perlu memperkuat penegakan hukum. Teknologi seperti kamera  lalu lintas dapat membantu kita mendeteksi dan menuntut pelanggaran dengan lebih efektif. Sanksi yang tegas dan konsisten mencegah pelanggaran.
Terakhir, masyarakat dan keluarga juga harus berperan aktif dalam mendorong budaya berkendara yang aman dan tertib. Dukungan  keluarga dan lingkungan secara aktif dapat mendorong para ibu untuk berkendara dengan lebih sadar dan bertanggung jawab.
Pendekatan yang bersahabat tersebut dapat mengurangi fenomena "belok kanan, belok kiri", sehingga meningkatkan keselamatan sesams pengguna jalan raya dan membuat masyarakat di jalan menjadi lebih tertib. Kesadaran berkendara yang baik merupakan kunci terciptanya lingkungan lalu lintas yang aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan.
Meskipun kendaraan membawa banyak manfaat bagi mobilitas dan efisiensi kehidupan modern, namun dampak negatifnya tidak dapat diabaikan. Perubahan yang memerlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk menciptakan sistem transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta tidak membuat masyarakat misuh-misuh dan terus waspada lagi ketika motoran dibelakang ibu-ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H