Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

San Wardan Tidak Bisa Mati

17 November 2017   09:32 Diperbarui: 17 November 2017   09:47 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hingga selesai dikuburkan, tidak ada tanda-tanda keajaiban akan berulang. Bahkan hingga orang-orang satu per satu meninggalkan kuburnya untuk pulang. Kali ini dia benar-benar mati, pikir saya senang.

Usai tahlilan hari pertama malam itu, masih tidak ada tanda-tanda kebangkitan. Berkali-kali beberapa orang diutus mendatangi kubur San Wardan, tapi asilnya tetap: kuburannya tidak rekah atau arwahnya gentayangan jadi setan. Tiada kebangkitan.

"Tidak ada yang bisa hidup kembali jika sudah ditimbun tanah berjam-jam," kata Makmun kecewa saat menyerahkan uang taruhan diikuti yang lain. Saya tertawa bahagia, tapi tidak lama. Tiba-tiba ada seseorang berlari-lari ke arah kami sambil berteriak-teriak, "San Wardan gentayangan!"

Orang itu, seorang pemuda yang tinggal di dekat kompleks pemakaman. Katanya, San Wardan tiba-tiba terlihat berjalan tertatih-tatih keluar dari kompleks pemakaman dengan menyeret-nyeret kain kafan. Wajahnya lebam-lebam, tubuhnya berdarah-darah penuh luka.

Makmun dan yang lainnya bersorak kegirangan seakan-akan cerita seajaib itu sama menyenangkannya dengan khayalan terliar mereka yang menjadi kenyataan: pengumuman pemerintah tentang tunjangan uang bulanan khusus pengangguran. Saya hanya tertegun sendirian. Jika kabar itu benar, bagaimana nasib uang yang bertahun-tahun saya kumpulkan untuk biaya perkawinan?

Sialan.

Begitulah. Empat kali San Wardan mati, empat kali dia bangkit lagi. Tapi sepertinya yang keempat inilah sebuah pencerahan bagi hidupnya. Sadar bahwa dirinya termasuk orang yang beruntung diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya berkali-kali, kini dia berubah jadi ahli ibadat, rajin salat dan selalu berkata kepada orang-orang bahwa dia ingin mencoba memperbaiki hidupnya yang maksiat. Kematian adalah keniscayaan, katanya, maka carilah bekal untuk akhirat selagi sempat.

Setiap teringat bahwa saya sempat berniat membunuhnya karena takut kalah bertaruh, saya bersyukur Tuhan masih melindungi. Uang untuk modal kawin memang habis, tapi peristiwa yang dialami San Wardan membuat saya tersadar dan mohon ampun atas dosa-dosa yang pernah saya perbuat. Semoga belum terlambat.

Tahukah kenapa hati saya tergerak untuk berubah jadi insan yang ingin hidup selamat dunia dan akhirat? Karena cerita San Wardan pada saya, dalam liang kubur dia telah didatangi dua malaikat. Tubuhnya disiksa, dicambuki, belulangnya ditekuk dan dilipat-lipat. Kata para penyiksanya itu, orang-orang kufur dan takabur seperti dia tidak akan pernah selamat hingga tiba hari kiamat. Itulah sebabnya, kata pertamanya setelah mampu bangkit dari kematiannya yang keempat bukanlah 'empat'. Dia hanya meneriakkan satu kata berkali-kali, "Tobaaat! Tobaaat!"

Cigugur,15 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun