Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Jangan Ada Presiden di Antara Kita

21 Maret 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ingat (ngat.. ngat.. ngat..), kalau foto-foto presiden itu (tu.. tu.. tu..), tidak juga diganti (ti.. ti.. ti), kita.. (ta.. ta.. ta..) ..putus ( tuus.. tuus.. tuss..) !" hanya terdengar bergema suaranya.

Saprudin lesu.

*****

Marini sebenarnya masih cinta sekali dengan Saprudin. Kata-kata putusnya waktu itu hanya ungkapan kekesalan dan emosi sesaat. Sekarang dia toh menyesal juga, tapi untuk memperbaikinya dia malu. Dia tidak melarang pacarnya mengidolai siapapun selama yang diidolai itu baik. Mau Lady Ga Ga, boy band Smash, atau Bang Haji Rhoma tidak jadi masalah untuknya. Mengidolai presiden dan para mantan presiden republik ini juga baik. Paling tidak, itu satu bentuk nasionalisme dan menurut Marini itu jauh lebih baik daripada mengidolai orang-orang yang ngakunya nasionalis tapi sama sekali tidak pernah berbuat apa-apa untuk negara ini. Orang-orang seperti itu yang bisanya hanya cari muka, cari sensasi, cari pencitraan diri yang baik, tapi sebenarnya omong kosong. Malahan, dipikirnya selera Saprudin termasuk unik. Mungkin ada orang yang mengidolai salah satu presiden, tapi Saprudin mengidolai semuanya! Dia tidak akan semarah waktu itu kalau saja foto-foto itu tidak ditempelkan di tembok untuk mengganti fotonya. Itu saja yang jadi masalah sebenarnya.

Sekarang Marini merasa sangat rindu, sampai-sampai tidak doyan makan kalau sudah kenyang dan sama sekali tidak mau minum air yang masih mendidih. Dia menyesal karena tidak mau mendengar penjelasan Saprudin. Padahal, kalau saja waktu itu mereka bicarakan baik-baik, tidak akan jadi seperti ini.

Sampai ke puncak rindu dan rasa bersalahnya, diputuskannya saja untuk menelepon Saprudin. Ada sedikit rasa malu dan gengsi, tapi itu disingkirkannya. Lebih baik dia malu daripada tidak tahan menanggung rindu yang seperti ini terus menerus. Hanya, baru saja dia akan menekan tombol di hapenya yang seukuran kotak sabun mandi, hape itu sudah menyala dan ada nama Saprudin muncul. Girang rasa hati Marini. Ternyata mereka memikirkan hal yang sama. Hebat, kan?

Tanpa menunggu hapenya berdering lama, Marini menerima panggilan itu.

"Halo, Assalamu'alaikum," sapanya.

"Wa'alaikum salam," balas Saprudin dari seberang. Lalu diam. Keduanya sama-sama merasa canggung dan tidak tahu harus memulai dari mana.

"Nggg...."

"Nggg...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun