"Lalu?"
Ibumu memeluk ayah dan berbisik di kuping dengan lembut:
"Kebahagiaan akan datang. Entah itu segera, entah itu di waktu yang tidak pernah kita bayangkan, atau jika kita telah tidak berada lagi di dunia....entah, entah dan berapa entah lagi. Tapi akan datang. Sungguh akan datang."
Kali itu ayahlah yang terdiam, Anakku. Entah itu adalah pertanda darimu, apa atau bagaimana, aku yakin kau telah memberinya keyakinan dengan caramu, dengan persetujuan Tuhan tentunya. Ayahpun tidak akan khianat dengan hati ayah bahwa ayah benar-benar percaya akan pertanda itu, tapi tanpa pernah pula menafikan rasa tidak sabar yang sering muncul menggebu-gebu. Ayah toh hanya manusia biasa.
Anakku, aku adalah ayahmu. Aku tak tahu bagaimana dan dengan bahasa seperti apa engkau dan kawan-kawan sepermainanmu di sana menyebutnya, tetapi aku adalah seorang lelaki yang menjadi lantaran bagi kelahiranmu ke dunia. Seorang lelaki yang tidak mampu menahan rindu seperti dia menahan sebuah beban yang paling beratpun di pundaknya. Seorang lelaki yang sangat sangat sangat mencintai perempuan itu, ibumu, perempuan yang aku tak tahu pula bagaimana dan dengan bahasa seperti apa engkau dan kawan-kawan sepermainanmu di sana menyebutnya, perempuan yang akan memberi perlindungan bagi benih yang bertumbuh dari ruhmu di rahimnya dan kemudian menyianginya dengan penuh kasih sayang. Kami berdua mengidap satu perasaan yang sama: hanya merindumu, tapi kuasa Tuhan pulalah yang mampu memberikan kami kekuatan untuk sekedar meredam kerinduan itu.
Sepanjang waktu dan musim yang berlalu, harapan dan kerinduan akan selalu mengemuka, tetapi kau anakku, adalah penawar bagi segala jenuh dan kesedihan yang mengiringinya jika kelak engkau benar-benar mewujud. Dengan ketiadaanmu kini aku justru teramat sangat yakin bahwa engkau sebenarnya ada.
Kini hanya cukup dengan bayang dan mimpi kita bercakap, cukup dengan kerinduan dan air mata kita bertemu karena akan datang kebahagiaan itu, saat di mana darah ibumu akan memancar dengan pertaruhan akan hidup dan matinya untuk mewujudkan hadirmu. Melahirkanmu.
Aku adalah ayahmu, Anakku. Seorang perindu yang selalu akan menantimu tidak dengan asa yang terbatas.
Semoga, Nak. Semoga.
Cigugur, 14 Juni 2011
Gambar dari sini