Mohon tunggu...
Ariska Avrillyani
Ariska Avrillyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakara

Saya memilki hobi menulis, mendengarkan musik, dan memiliki keterkaitan dengan bidang fotografi dan videografi

Selanjutnya

Tutup

Book

Di Tepi Kali Bekasi, Novel Revolusioner Karya Pram dalam Kacamata Robert Stanton

20 Juli 2024   20:35 Diperbarui: 20 Juli 2024   20:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Alur bagi Stanton (2007: 26) merupakan rentetan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Novel “Di Tepi Kali Bekasi” pada alur awal menceritakan pertempuran di dekat setasiun Pasar Senen Djakarta. Hal ini memicu tokoh Farid dan dua sahabatnya, yaitu Amir serta Soerip, untuk menjadi tentara. Farid menjadi sering berpergian menggunakan kereta untuk pergi ke beberapa kota. Pada bagian akhir, Farid dan Soerip terlibat dalam pertempuran Bekasi, sedangkan Amir telah meninggalkan bumi pertiwi tak lama ia menjadi seorang tentara.

Awal: Pertempuran berkobar pula di dekat setasiun Pasar Senen Djakarta. Sedjak pagi buta tembak-menembak tak berhenti-hentinja. Biasa sadja. Kedjadian harian. Pemuda di satu pihak berhadap-hadapan dengan Inggeris-India-Belanda-Inlander di lain pihak. Makin lama makin ramai, sedang truk bantuan bertambah kerap menderu-deru pulang-balik. Suara retetan senapan-mesin berat bersambut-sambutan dengan dum-dum dan tommygun, diseling-seling oleh letusan pestol beserta kerabin pemuda kita jang pintjang-pintjang bunjinja.

Tengah: Sampai di Tjikarang ia hendak segera turun. Dadanja penuh oleh berbagai perasaan. Akan lekas-lekas ditjurahkan – entah kepada siapa. Serenta ia berdiri berbaris di kereta hendak turun, seorang dari peradjuritnya masuk mendesak.

Akhir: Kedua sahabat itu tidak mendengar. Tjapai dan lemah. Dalam ajunan tidur jang maha sakti. Peradjurit jang baru didatangkan bertempur kedepan. Menang atau kalah? Semua terletak pada kemauan dan keberanian mereka sendiri. Mereka di sana. Kita di sini. Tepi-menepi kali Bekasi.

C. Latar

Stanton (2007: 35) menyatakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita. Latar bisa berupa tempat seperti café, pegunungan, atau sudut kota. Latar juga berupa waktu, seperti hari, bulan, dan tahun. Cuaca serta periode sejarah dan orang-orang yang ada di dalam cerita tersebut juga masuk ke dalam latar.

  • Lingkungan Peristiwa dan tempat dunia nyata lingungan peristiwa.

Bekasi : Tembakan terus bergegaran. Dari kedua belah pihak. Musuh di tepi sini. Tepi-menepi kali Bekasi jang penuh riwajat. Bekasi yang penuh kejadian. Kini berulang lagi. Kedua belah pihak hendak menguasai nja. Mana jang menang achirnja? Serikat? Pemuda Indonesia? Tak ada yang bisa menelaah sekarang.

  • Waktu sehari, sebulan, atau setahun.

Hari: Telah lima hari Farid ditempatkan di Tjikarang. Perintah ke front menjusul. Gembira hatinnja. Ke front. Ke front. Tidak ada jang menjenangkan hati peradjurit Jakarta Raja daripada mengawal tepi-tepi daerah Republik, mengawasi batas daerah kekuasaan Serikat.

  • Iklim dan Cuaca.

Hujan: Malam dingin, bukan main. Udara djernih. Langit ditabur oleh beribu-ribu Bintang. Berubah, diliputi mendung tebal. Hudjan turun dengan lebatnja.

  • Latar Belakang Sejarah.

April Periode 1946: Bulan April 1946. Gelap pagi ditambah oleh rimbunnja pohon-pohonan. Tenang-tenteram. Sunji dan sepi. Tapi suasana itu tiba-tiba berubah. Suara geranat-tangan menggelegar memetjahkan keadaan pagi.

3. Sarana-Sarana Sastra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun