Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyambangi Nelayan WNI di Kunak, Sabah

26 Januari 2025   09:02 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:49 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bincang-bincang bersama Neoayan WNI di Kunak Sabah, sumber foto: Dokpri Aris Heru Utomo

"Kamu sedang memancing ikan, memangnya di kolong dermaga ada ikannya," tanya penulis memastikan.

"Iya, memancing. Ada banyak ikan di kolong dermaga ini. Itu beberapa ekor ikan yang sudah kami dapat," jawab si anak.

Penulis yang awalnya tidak memperhatikan keberadaan beberapa ekor ikan tersebut akhirnya menoleh ke tempat yang ditunjukkan oleh si anak.

Terlihat beberapa ekor ikan Baronang, jenis ikan air asin yang mendiami perairan laut dangkal dan memakan tumbuh-tumbuhan (rumput laut), dengan ukuran yang tidak terlalu besar tergeletak di lantai papan, masih hidup dan menggelepar-gelepar.

Karena memakan rumput laut, ikan Baronang disebut pula sebagai rabbitfish dalam Bahasa Inggris. Dan karenanya juga, Baronang menjadi salah satu ikan yang menjadi favorit bagi para pemancing di laut.

"Wah asyik ya. Itu umpan rumput lautnya darimana?," tanya penulis

"Ini rumput laut yang kami ambil dari dinding kapal yang sedang sandar," jawab si anak sambil menunjuk sejumput rumput laut segar berwarna hijau.

"Agak susah juga mendapatkan rumput laut dari dinding kapal. Jadi kami berharap dari umpan rumput laut yang sedikit ini bisa mendapat ikan sebanyak-sebanyaknya, " tambah si anak.

Penulis perhatikan, alat pancing yang digunakan terdiri dari sebuah mata kail bercabang lima berukuran agak besar yang disambungkan ke seutas kenur. Menariknya, rumput laut yang digunakan sebagai umpan tidak dipasang pada ujung mata kail, melainkan dipasang di pangkal kail.

"Saat umpan dimakan oleh ikan, kami akan segera menariknya dengan cepat. Biasanya saat ditarik, mata kail akan menyangkut pada bagian samping kepala ikan. Bukan menyangkut di mulut ikan," jelas si anak.

"Jadi sekali tarik, bisa saja dua ekor tersangkut di mata kail secara bersamaan," tambah si anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun