Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyambangi Nelayan WNI di Kunak, Sabah

26 Januari 2025   09:02 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:49 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bincang-bincang bersama Neoayan WNI di Kunak Sabah, sumber foto: Dokpri Aris Heru Utomo

"Masalah lain sebenarnya terkait keamanan di laut, khusus di wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan Filipina Selatan. Kerap terjadi ancaman gangguan dari para perompak terhadap para nelayan," ujar Silaus.

"Lalu bagaimana mengatasinya?," tanya penulis

"Beruntung saat ini pengamanan laut oleh tentara laut Malaysia dan Indonesia sudah sangat baik. Patroli bersama kerap dilakukan di perairan yang diperkirakan rawan ancaman. Kami pun sekarang dibekali dengan perangkat komunikasi yang lebih baik, sehingga bila muncul ancaman gangguan bisa langsung berkomunikasi dengan aparat keamanan. Selain itu, kami juga memiliki group untuk saling bertukar informasi, termasuk informasi mengenai kemungkinan terjadinya ancaman di laut," papar Silaus.

Usai berbincang-bincang dengan para WNI, penulis mengunjungi sebuah dermaga perikanan yang terletak tidak jauh dari warung tersebut. Dermaga tersebut berada di sebuah sungai yang tenang menuju laut lepas.

Di dermaga ini terlihat sebuah ruangan bertuliskan "Persatuan Nelayan Kawasan Kunak", yang tampaknya menjadi ruang kerja persatuan nelayan di kawasan tersebut. Tidak terlihat perlengkapan kerja seperti ruang perkantoran pada umumnya, selain meja dan kursi dan beberapa buku catatan.

Di tepi dermaga tampak beberapa kapal ikan tengah bersandar dan beberapa awak kapal tengah duduk bersantai.

"Iya kami baru kembali dari melaut tadi pagi. Makanya tadi bisa ikut berbincang-bincang dengan bapak," ujar seorang awak yang penulis jumpai dan tengah memainkan gawainya.

Menurut Antoni yang ikut mendampingi penulis menuju dermaga, kapal-kapal nelayan yang bersandar di dermaga ini hanya sebagian kecil saja. Kalau sedang ramai, seluruh kawasan sungai akan dipenuhi kapal-kapal yang sandar. Kapal-kapal tersebut merupakan milik perusahaan perikanan. Orang Indonesia disini hanya menjadi pekerja.

"Dulu, dermaga ini merupakan yang teramai di Kunak. Tapi sekarang tidak lagi karena sudah ada beberapa dermaga lainnya. Bahkan sebelum ada larangan dari pemerintah Indonesia, kapal-kapal yang bersandar di dermaga ini bisa berlayar hingga perairan Maluku. Di perairan Maluku banyak sekali ikan yang dapat ditangkap dengan cepat. Saking banyaknya, bahkan seluruh permukaan kapal bisa dipenuhi ikan tangkapan," jelas Antoni.

Menyusuri dermaga yang lantainya terbuat dari papan kayu, penulis melihat dua orang anak sedang asyik memasukkan sesuatu di sela-sela papan dermaga.

Setelah diperhatikan dengan seksama ternyata anak tersebut tengah memasukkan alat pancing berupa seutas kenur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun