Saat kami tiba di bawah kaki pohon tertinggi di dunia tersebut, tidak ada seorang pun pengunjung yang ada di sekitar area tersebut. Tampaknya pengunjung yang lain sudah turun terlebih dahulu, seperti beberapa orang pengunjung yang kami jumpai di sepanjang jalan pendakian.
Karena tidak orang lain disana, maka kami dapat melihat-lihat pohon tropis tertinggi di dunia tersebut dan kawasan di sekitarnya dengan lebih leluasa dan tentu saja sambil berfoto-foto. Tampak di sekelilingnya terdapat beberapa pohon serupa yang juga cukup tinggi, namun dengan lingkaran batang yang lebih kecil, yang membuat kawasan di sekitarnya menjadi lebat oleh pepohonan.
Berjarak sekitar beberapa meter dari kaki pohon tropis tertinggi di dunia tersebut, tampak melintang sebuah batang pohon tumbang. Ukuran batangnya cukup besar dan panjang, hampir sebesar pohon tertinggi itu sendiri.
Sementara di kaki pohon, terdapat semak-semak dimana sesekali melintas kupu-kupu cantik yang sesekali hinggap di pucuk daun. Sementara di tanah, terlihat hewan kaki seribu melintas di atas daun-daun kering.Â
Setelah cukup puas berada di lokasi dan menatap keindahan pohon tropis tertinggi di dunia, penulis dan istri pun kembali ke lokasi awal pendakian. Seperti lazimnya pendakian, perjalanan kembali atau perjalanan turun terasa lebih ringan dan cepat. Alhamdullilah selama mendaki dan turun tidak turun hujan. Awan yang sejak pagi menggantung di langit justru menjadi payung yang melindungi perjalanan kami dari panas terik pagi jelang siang.Â
Tidak membutuhkan waktu lama, kami pun tiba di lokasi awal pendakian. Setelah beristirahat sejenak, kami pun kembali ke kota Tawau.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H