Waktu menunjukkan sekitar pukul 9 pagi ketika penulis meninggalkan kediaman di Taman Kafar, Tawau. Langit terlihat sedikit gelap dengan awan putih kehitaman mengerumuni langit Tawau.
"Wah sepertinya sebentar lagi hujan bakal tertumpah ke bumi," batin penulis.
"Jadi kita menuju Taman Bukit Tawau (Tawau Hills Park) Pak?," tanya pengemudi yang membawa penulis dan istri.
"Iya, kita menuju Taman Bukit Tawau. Saya ingin melihat pohon tertinggi dunia, yang katanya ada di tempat itu. Kalau nanti hujan turun, kita tidak usah naik, cukup di bawah saja" jawab penulis.
Tanpa berkepanjangan, kendaraan pun melaju ke Taman Bukit Tawau, sekitar 24 km dari Bandar Tawau. Perjalanan relatif lancar dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk tiba di tujuan.
Taman Bukit Tawau merupakan sebuah kawasan hutan lindung yang menjadi tempat sumber mata bagi sekitar 1 juta penduduk di tiga daerah Pantai Timur Sabah yaitu Tawau, Semporna dan Kunak. Dari tempat ini mengalir sumber air bagi enam sungai utama di Tawau yaitu Sungai Merotai Besar, Sungai Merotai Kanan, Sungai Tawau, Sungai Kinabutan, Sungai Balung dan Sungai Mantri.
Diketahui bahwa Taman Bukit Tawau sendiri memiliki luas wilayah 28 ribu hektar, dengan tiga puncak gunung tertinggi di Tawau yaitu Gunung Magdalena setinggi 1,310 meter dari permukaan laut, Gunung Lucia (1,189M) dan Gunung Maria (1,067M).
Tiba di lokasi dan setelah membayar tiket masuk sebesar rm 6 per orang dan rm 5 untuk parkir kendaraan roda empat, kami pun mulai memasuki kawasan Taman Bukit Tawau.
Mengikuti papan penunjuk jalan, kami mulai masuk ke kawasan Taman Bukit Tawau dengan melewati dua jembatan kayu dimana dibawahnya mengalir sungai kecil yang tertutup semak-semak.
Melewati kedua jembatan tersebut, terdapat papan penunjuk arah ke berbagai tempat yang ada di Taman Bukit Tawau, salah satunya menuju ke pohon tropis tertinggi. Kami pun mengikuti arah yang ditunjukkan.
Tidak sampai 200 meter, kami menjumpai bangunan tempat para pengunjung mendaftarkan nama, jumlah orang dan tempat yang dituju.
"Berapa meter jarak dari tempat ini ke tempat dimana terdapat pohon kayu tertinggi di dunia?" tanya penulis sambil mengisi daftar pengunjung
"Tuan terus saja mengikuti jalan setapak di depan, setelah sekitar 200 meter, silahkan berbelok kiri dan ikuti saja jalan setapak tersebut," jawab si petugas.
"Jalan menuju kesana apakah terjal?," tanya penulis lagi
"Dari sini hingga sekitar 400 meter, jalanannya relatif mendatar. Setelah itu barulah mendaki sepanjang 500 meter. Jadi total jarak dari sini sekitar 900 meter atau pergi pulang akan menempuh sekitar 1.800 meter," jelas si petugas tadi.
"Jangan khawatir. Jalanannya tidak berat," tambahnya kemudian.
Perlahan kami mulai menapaki jalan yang sudah tertata. Terlihat di beberapa ruas jalan setapak ditutupi papan dan batu krosok agar pengunjung tidak terpeleset atau terjatuh. Terdapat pula tali tambang pembatas di bagian kiri atau kanan jalan setapak sebagai pengaman agar pendaki tidak terporosok ke bagian curam di samping jalan.
Benar kata si petugas di pos jaga, perjalanan awal hingga jarak 400 meter masih  relatif landai sehingga tidak terlalu melelahkan. Setelah 400 meter barulah perjalanan agak sedikit mendaki. Diperlukan kehati-hatian dalam menapak agar tidak terpeleset, apalagi saat jalanan becek akibat hujan seperti yang penulis alami saat ini.
Menyusuri jalan setapak di Taman Bukit Tawau, kami seperti memasuki kawasan hutan rimba liar dengan aneka tumbuhan besar dan semak-semak yang lebat di kiri kanan jalan. Banyak di antaranya adalah pohon-pohon tinggi dengan batang yang besar. Terdapat pula beberapa batang pohon tumbang yang melintang di tengah jalan setapak, namun sudah dipotong agar tidak mengganggu orang yang mendaki.
Setelah berjalan sepanjang sekitar 900 meter, akhirnya kami tiba di bawah pohon tropis tertinggi di dunia yang memiliki ketinggian 88,32 meter.
Dari papan informasi di bawah kaki pohon diketahui bahwa pohon tropis tertinggi di dunia tersebut berasal dari spesies Shorea Faquetiana. Orang Malaysia menyebutnya Seraya Kuning Siput, sedangkan orang Indonesia menyebutnya Meranti Kuning. Pohon yang biasa untuk membuat pintu atau jendela rumah yang berasal dari Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan Thailand ini, diketahui pertama kali diukur oleh ilmuwan Amerika Serikat, Dr Roman Dial bersama dua rekannya pada tahun 2006 dan tercatat menjadi pohon tropis tertinggi di dunia pada saat itu.
Saat kami tiba di bawah kaki pohon tertinggi di dunia tersebut, tidak ada seorang pun pengunjung yang ada di sekitar area tersebut. Tampaknya pengunjung yang lain sudah turun terlebih dahulu, seperti beberapa orang pengunjung yang kami jumpai di sepanjang jalan pendakian.
Karena tidak orang lain disana, maka kami dapat melihat-lihat pohon tropis tertinggi di dunia tersebut dan kawasan di sekitarnya dengan lebih leluasa dan tentu saja sambil berfoto-foto. Tampak di sekelilingnya terdapat beberapa pohon serupa yang juga cukup tinggi, namun dengan lingkaran batang yang lebih kecil, yang membuat kawasan di sekitarnya menjadi lebat oleh pepohonan.
Berjarak sekitar beberapa meter dari kaki pohon tropis tertinggi di dunia tersebut, tampak melintang sebuah batang pohon tumbang. Ukuran batangnya cukup besar dan panjang, hampir sebesar pohon tertinggi itu sendiri.
Sementara di kaki pohon, terdapat semak-semak dimana sesekali melintas kupu-kupu cantik yang sesekali hinggap di pucuk daun. Sementara di tanah, terlihat hewan kaki seribu melintas di atas daun-daun kering.Â
Setelah cukup puas berada di lokasi dan menatap keindahan pohon tropis tertinggi di dunia, penulis dan istri pun kembali ke lokasi awal pendakian. Seperti lazimnya pendakian, perjalanan kembali atau perjalanan turun terasa lebih ringan dan cepat. Alhamdullilah selama mendaki dan turun tidak turun hujan. Awan yang sejak pagi menggantung di langit justru menjadi payung yang melindungi perjalanan kami dari panas terik pagi jelang siang.Â
Tidak membutuhkan waktu lama, kami pun tiba di lokasi awal pendakian. Setelah beristirahat sejenak, kami pun kembali ke kota Tawau.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H