"Banyak juga wisatawan yang memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, khususnya di hari Jumat. Para wisatawan bukan sekedar menunaikan Shalat Jumat, tetapi juga mengisi kotak amal dengan jumlah nominal yang cukup besar," jelas Haji Akhsan.
"Pak Haji, ada tidak sumbangan dari Pemda untuk membangun masjid?," tanya seseorang di antara kami
"Sejauh ini sih belum ada, mungkin nanti-nanti ya," jawab Haji Akhsan.
"Semoga pembangunan masjidnya cepat selesai ya pak, biar warga desa bisa lebih nyaman beribadah dan melakukan kegiatan sosial serta keagamaan," ujar saya.
"Ngomong-ngomong, selain Shalat Jumat (jika berkunjung bertepatan dengan hari Jumat), apa alasan wisatawan berkunjung ke desa Komodo?, Memangnya ada komodo yang bisa dilihat di desa ini?" tanya saya kemudian.
Haji Akhsan pun kemudian menjelaskan bahwa mengingat Desa Komodo ini berada di Kawasan Taman Nasional Komodo, tentu saja terdapat banyak komodo di sekitar desa.
"Komodo di desa ini sudah akrab dengan warga. Sering mereka turun ke desa tapi tidak mengganggu selama mereka tidak diusik," papar Haji Akhsan.
"Kok bisa begitu?"
"Iya, karena konon menurut legendanya, warga Desa Komodo dan komodo masih bersaudara. Menurut cerita legenda, manusia dan komodo di desa ini adalah anak kembar dari Putri Naga dan Moja pemuda pulau seberang," ujar Haji Akhsan.
"Itu menurut legendanya, kalau riwayat yang sebenarnya bagaimana?"
"Yang saya tahu, masyarakat desa Komodo berasal dari Bone yang terdampar di pulau ini dan membentuk komunitas tersendiri. Saya tidak tahu persisnya kapan nenek moyang kami dari Bone mendarat di sini. Yang jelas sudah lama," ujar Haji Akhsan.