Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog Imajiner bersama Putra Sang Fajar

7 Juni 2020   06:36 Diperbarui: 8 Juni 2020   10:07 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih menurut Newsweek, salah satu bentuk kepercayaan diri Bung Karno diperlihatkan ketika ia mengumumkan bahwa Indonesia akan memiliki bom atom sendiri pada akhir tahun 1965. Sebuah pengumuman yang sontak saja memunculkan kekhawatiran di dunia Barat.

Di tengah meluasnya pengaruh dan ancaman komunisme di Asia Tenggara, dunia Barat khawatir Indonesia akan menjadi salah satu ancaman terhadap stabilitas keamanan dan perdamaian di Asia Tenggara, selain ancaman komunisme dari Tiongkok.

Newsweek juga menuliskan fakta bahwa Bung Karno kemudian tergusur dari puncak kekuasaan pasca pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada 30 September 1965.

Namun demikian, tergusurnya Bung Karno dari puncak kekuasaan tidak mengurangi pengakuan dan penghargaan masyarakat Indonesia terhadap kontribusinya yang sangat besar dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Jangan takut, ragaku memang sudah meninggalkan dunia fana. Tapi sejatinya aku masih bersama bangsaku. Pemikiran-pemikiranku masih terus hadir dan didiskusikan hingga kini, meski ada yang berupaya menghambat," ujar sosok tersebut memecah lamunan dan mencoba menenangkan kekagetanku.

"Oh ... Siap Pak ... ," ujar saya sambil segera menyambut uluran tangannya dan segera menyalami

"Boleh saya ngobrol-ngobrol dengan bapak, apa bapak ada waktu," tiba-tiba muncul keberanianku untuk membuka percakapan secara spontan.

"Cukup panggil aku Bung Karno seperti judul buku autobiografiku yang ditulis Cindy Adams. Lagi pula, orang juga sudah tahu kalau saya adalah Bapak Bangsa ini," jawab sosok yang memperkenalkan diri sebagai Bung Karno tersebut.

"Oh iya, aku juga tahu kalau kamu beberapa kali berfoto di samping lukisan potret diriku yang dipajang di Gedung Pancasila. Terakhir kamu berfoto tanggal 1 Juni 2020, usai pelaksanaan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila," ujar Bung Karno dengan suara bariton dan senyumnya yang khas.

"iya, siap Pak, eh Bung .... eh Bung Karno," jawabku masih dalam keadaan gugup dan sedikit malu karena ketahuan beberapa kali berfoto bersama lukisan potret diri Bung Karno di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri.

"Ayo kita ngobrol-ngobrolnya sambil duduk di kursi itu," ajak Bung Karno sambil menunjuk jejeran kursi di belakang mushola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun