Di sini juga ada sebuah shelter di dekat batu-batu besar di tepi sungai. Sekelompok remaja pria sedang beristirahat di situ.Â
Ketika lewat didepannya, saya sempat mendengar, "Ayo semangat, kita jalan lagi!" Salah seorang remaja menyemangati teman-temannya.Â
Memang trek ke Curug Lawe Benowo cukup menguras stamina, sehingga bagi yang tak terbiasa berolahraga akan merasa cape.
Tak lama memutar di jalur peralihan, saya kembali berada di jalur utama. Di sini saya jumpai bendungan kecil untuk mengatur debit air.
Setelah itu trek menanjak dan ada Rest Area di sebelah kanan. Dengan fasilitas toilet dan mushola. Yang menarik, di sini ada sebuah "pohon" berdaun sandal dan sepatu bekas. Mungkin milik wisatawan yang tertinggal atau rusak yang dibiarkan di lokasi curug atau hanyut terbawa air.
Bagi yang biasa tinggal di perkotaan, sangat wajar jika terkadang merasa jenuh dengan panorama perkotaan. Suasana hutan Gunung Ungaran yang sejuk tenang, bisa menjadi alternatif liburan yang menyenangkan.
Di persimpangan antara trek menuju ke Curug Benowo dan Curug Lawe, di dekatnya ada warung di bawah sebuah pohon besar tinggi menjulang, mendominasi pepohonan di sekitarnya. Bagi penyuka kopi, di warung itu kamu bisa merasakan sensasi minum kopi di tengah hutan sambil menikmati udara sejuk hutan Gunung Ungaran.
Seperti rencana semula, saya akan menuju ke Curug Benowo (ke arah kiri) terlebih dahulu, yang menurut informasi tidak seramai Curug Lawe. Jaraknya pun lebih dekat. Seketika saya sudah dihadapkan dengan jembatan kecil menyeberang sungai yang airnya sangat jernih. Airnya berasal dari Curug Benowo, pikirku.
Di seberang jembatan kecil, di pohon di dekatnya ada petunjuk; 700 meter menuju ke Curug Benowo.Â