Walaupun treknya mulai terbuka, namun kami masih merasakan udara pegunungan yang sejuk. Ilalang terlihat mendominasi. Batu-batuan menempel di badan gunung terlihat eksotis.Â
Hutan terlihat masih alami, mata air dan bebatuan besar menjadi magnet yang memikat para pendaki untuk mengulangi pendakian ke Gunung Ungaran via Mawar.Â
Adrenalin pun terasa meningkat ketika melewati Pos 5 Tedeng. Wow tantangan seru menuju ke Puncak Tanggul Angin. Bukit berbatu. Disini perlu ekstra konsentrasi.
Sampai disini pun belum terlihat tanda-tanda kecapean pada Pak Giri. Langkah kakinya masih terlihat lincah walaupun trek menanjak ektrem. Staminanya sangat luar biasa. Walaupun saya 5 tahun lebih yunior. Saya merasakan cape. Menyuruh dia berhenti sejenak untuk difoto merupakan trik saya tuk mencuri nafas dan mengistirahatkan otot paha yang terasa mulai bergetar.Â
Biasanya kalau solo hiking. Saya berjalan lambat tidak secepat ini. Namun pendakian berdua ini sungguh sangat bermanfaat untuk mengetes stamina saya. Hiking bersama goweser yang sudah terbiasa bersepeda jarak jauh merupakan tantangan yang menyenangkan. Saya pun bisa intropeksi diri, nafas dan otot-otot paha depan (quadriceps) wajib lebih dikuatkan.Â
Akhirnya sampailah kami di Puncak Tanggul Angin pada elevasi 1.876 mdpl. Pendakian yang lalu dari Basecamp Perantunan, saya pernah sampai ke puncak ini sebelumnya, namun sayang saat itu kabut tebal menutupi panorama yang indah.
Tak membuang waktu lama di Puncak Tanggul Angin, kami melanjutkan pendakian ke Puncak Batu. Trek berbatu menanjak kembali menjadi santapan kami.Â