Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dulu Ramai, Wisata Lereng Kelir Dusun Gertas Kini Semakin Merana

23 Oktober 2023   07:41 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:58 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Sabtu, jika tak ada halangan biasanya saya gunakan untuk melakukan aktivitas olahraga sekalian rekreasi.  Tentunya berbeda dengan hari-hari biasa yang cukup berjalan kaki ke area persawahan dekat rumah. Kali ini saya melakukan solo hiking ke Lereng Kelir yang puncaknya memiliki ketinggian 1.300 mdpl.

Lereng Kelir terletak di Dusun Gertas, Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Perjalanan menuju ke Dusun Gertas melalui jalanan beraspal yang menanjak dan berkelok. Pepohonan durian menjadi penghias di sepanjang perjalanan. Tak mengherankan jika Desa Brongkol dikenal sebagai sentra penghasil durian. Ketika tiba musimnya, kios-kios durian pun dipenuhi durian yang menyebarkan aroma harum. Siapa sih yang tak tergoda tuk ikut mencicipi lezat dan legitnya durian.

Tugu durian di perempatan sebagai landmark Desa Brongkol yang tertata rapi. Kalau dari arah Banyubiru menuju ke Lereng Kelir dari tugu ini belok ke kiri menuju ke Dusun Gertas.

Tugu durian Brongkol (Dokpri)
Tugu durian Brongkol (Dokpri)

Dengan mengikuti panduan dari Google Maps dan bertanya ke warga, sekitar pukul 7:00 WIB saya akhirnya sampai di Dusun Gertas. Saya menitipkan sepeda motor di halaman rumah seorang warga yang bernama Yani (45), ibu dua orang anak yang ramah.

Wisata Lereng Kelir dulu sempat hits dan ramai dikunjungi wisatawan lokal yang hobi mendaki. Warga Dusun Gertas pun menyediakan sarana penunjangnya, seperti gardu pandang, spot foto, warung dan lainnya. Namun sekarang situasinya sudah jauh berbeda. Tak terlihat lagi ada nuansa wisata di dusun ini.

Informasi terbaru yang saya dapatkan sebelum pendakian ke Lereng Kelir, pada akhir bulan September kemarin terjadi kebakaran. Bu Yani merupakan salah satu warga yang terdampak. Pohon kopinya di puncak Kelir ludes dilahap di jago merah. Api berasal dari wilayah dusun tetangga yang terbakar duluan. Tiupan angin yang kencang merambatkan api sampai ke wilayah Dusun Gertas. Raut kesedihan masih terlihat di wajah Bu Yani.

Menurut beberapa media online, puluhan hektar lahan di Lereng Kelir ludes terbakar. Di musim kemarau ini cuaca sangat panas. Tanaman perdu dan rerumputan mengering. Gesekan batu yang jatuh bisa memercikkan api. Atau mungkin ada kesalahan manusia atau human error?

Beberapa menit kemudian saya mulai melakukan pendakian ke puncak "Gunung Kelir"  atau "Bukit Kelir." Namun ketika saya bertanya ke beberapa warga setempat yang saya temui mereka menamakannya Lereng Kelir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun