Hari Sabtu, 30 September akhir bulan kemarin saya kembali melakukan solo hiking ke puncak Gunung Ungaran via Basecamp Perantunan.
Sebenarnya saya ingin merasakan sensasi mendaki ke Gunung Ungaran melalui basecamp Mawar. Namun setelah saya kirim direct message (DM) Instagramnya, admin mengatakan minimal pendakian dua orang, tidak boleh melakukan solo hiking. Jadinya mendaki lagi via Perantunan.Â
Wisata Alam Perantunan berada di ketinggian 1.285 mdpl, berlokasi di Desa Gintungan, Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.Â
Setelah registrasi dan membayar tiket masuk dan parkir sepeda motor sebesar Rp. 25.000; saya pun memakirkan kendaraan di bawah pohon. Disini tempat parkirnya luas.Â
Sudah banyak sepeda motor yang diparkir, namun tak ada kendaraan roda empat. Mobil tidak bisa masuk ke area basecamp karena jalan yang menuju kesana tak cukup lebar.
Pagi itu cuaca berkabut cukup tebal. Melihat ke smartphone, suhu udara diangka 21 derajat Celsius. Menurut saya udaranya sejuk tak terlalu dingin.Â
Setelah melakukan stretching atau peregangan beberapa menit untuk mengendorkan otot-otot kaki, pukul 6:13 WIB saya memulai pendakian.
Dari area parkir saya berjalan melewati camping ground. Hari itu cukup banyak orang yang nge-camp. Mumpung masih musim kemarau, meluangkan waktu bersama keluarga, teman atau sahabat di alam terbuka sangatlah menyenangkan.
Namun saya yang melakukan solo hiking tak merasa kesepian. Jalur pendakian Gunung Ungaran via Perantunan merupakan favorit para pendaki. Saya bisa berinteraksi dengan pendaki lain. Mendengar kisah pendakian mereka dan tentunya saya bisa minta tolong mereka untuk memfotokan diri saya sehingga ada dokumentasinya.
Basecamp - Pintu Rimba
Tak terasa saya sudah sampai di Pintu Rimba. Ini merupakan batas antara hutan dan kebun warga. Jarum jam menunjukkan pukul 6:25. Dari Basecamp - Pintu Rimba berjarak 0.52 km (12 menit). Saya menggunakan aplikasi Running App yang sudah diinstal di smartphone untuk mengetahui sejauh mana dan berapa lama saya sudah berjalan (bukan berlari).
Pintu Rimba - Pos 1
Walaupun sudah masuk hutan namun vegetasinya tak terlalu rapat. Treknya jalan tanah berdebu sedikit menanjak. Dan ketika otot-otot kaki saya sudah mulai hangat, langkah kaki pun mulai terasa nyaman. Pukul 6:34 saya sampai di Pos 1 Watu Omah. Di pos itu saya bertemu dengan dua orang pendaki lain yang mau melanjutkan pendakian lagi.
Di dekat Pos 1 ada batu besar bagian atasnya datar. Jadi nama pos diambil dari keberadaan batu besar tersebut. Saya istirahat sejenak di Pos 1 sambil makan roti dan minum, karena tadi di rumah hanya sarapan sedikit jadi lapar. Dari Basecamp ke Pos 1 saya baru berjalan sejauh 0.77 km (21 menit).
Pos 1 - Pos 2
Setelah berjalan sejauh  1.19 km (37 menit) dari basecamp, saya sampai di Pos 2 Watu Jajar. Disini juga ada beberapa batu besar berjajar. Shelternya juga sama seperti di pos sebelumnya yaitu terbuat dari kayu beratap terpal plastik. Saat itu tidak ada pendaki yang beristirahat disitu.Â
Pos 2 - Pos 3
Dari Pos 2 menuju ke Pos 3 mulai banyak tanjakan. Vegetasinya mulai agak rapat. Selama pendakian harus hati-hati karena sering ada akar pohon yang melintang. Kalau sambil melamun bisa tersandung. Saya bertemu dengan dua orang laki dan perempuan. Saya pun meminta tolong untuk memfotokan diri saya ketika berada di area hutan Gunung Ungaran. Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 saya tempuh selama 17 menit.
Pos 3 - Ondo Rante
Pos 3 Watu Srumpuk terdapat dua shelter. Disini ada banyak pendaki yang sedang beristirahat. Mereka nampaknya terbagi dua kelompok. Saya tak jadi istirahat karena banyak orang. Tak lama berjalan, akhirnya saya sampai di Ondo Rante. Disini ada beberapa orang remaja yang sedang duduk-duduk. Karena sudah ada orang saya tidak jadi istirahat disitu.
Ondo Rante - Pos 4
Salah satu tantangan terberat ketika mendaki Gunung Ungaran via Perantunan yaitu saat melewati Ondo Rante. Trek naik terjal berkelok-kelok benar-benar menguji mental dan fisik saya. Ini yang bikin saya cepat lapar karena aktivitas mendaki gunung membakar banyak kalori. Untung saja persiapan bekal makanan dan minuman yang saya bawa lebih dari cukup. Pukul 7:28 saya sampai di Pos 4 Kolokeciko. Sejauh ini saya sudah berjalan 2.30 km (01:15 jam).
Pos 4 - Puncak Bondolan
Di dekat Pos 4 ada percabangan jalur pendakian yang ada petunjuk arahnya. Ke kiri menuju ke Puncak Bondolan dan Puncak Botak. Sedangkan ke arah kanan menuju ke Puncak Banteng Raiders, yaitu puncaknya pendakian Gunung Ungaran via Basecamp Mawar.Â
Dari pendakian sebelumnya saya sudah ke Puncak Banteng Raiders lewat Puncak Botak melalui lembah yang sangat curam. Namun kali ini tujuan saya hanya Puncak Bondolan dan Puncak Botak.Â
Dari Pos 4 menuju ke Puncak Bondolan treknya masih menanjak. Tak lama kemudian saya sudah keluar dari hutan. Sekarang tempatnya sudah terbuka. Di musim kemarau tanahnya kering dan berdebu. Saya pun memakai masker untuk mengindari debu, terutama ketika berpapasan dengan sekelompok pendaki yang sedang turun. Anak-anak muda cenderung jalannya cepat sehingga debu banyak beterbangan.
Kemudian saya sampai di tempat datar yang agak luas. Ada bangku kayu untuk duduk. Disini ada tiga orang. Mereka sedang asyik foto-foto. Kami pun saling membantu mengambilkan foto.
Dari sini tantangan berikutnya sudah didepan mata. Tanjakan curam untuk sampai ke Puncak Bondolan. Disini banyak ditumbuhi ilalang. Tak ada pepohonan tinggi jadi cukup panas. Pukul 8:09 saya sampai di Puncak Bondolan. Dari Pos 4 ke Puncak Bondolan saya jalan selama 41 menit sudah termasuk istirahat.Â
Puncak Bondolan - Puncak Botak
Puncak Bondolan berada di elevasi 1.885 mdpl. Disini merupakan camp area yang luas sehingga menjadi tempat favorit bagi mereka yang mau nge-camp. Ada beberapa tenda yang sudah didirikan.
Perjalanan menuju ke Puncak Botak masih jauh. Puncak Botak terlihat sangat kecil jauh diujung sana. Â Saya harus melewati padang sabana yang luas. Sepanjang treknya pun diselinggi batu-batuan yang besar. Yang penting tetap fokus jangan melamun. Ini hal yang sangat penting bagi pendaki solo seperti saya.Â
Menurut catatan Belanda, Ungaran merupakan pegunungan. Puncak Botak merupakan titik tertinggi dari Pegunungan Ungaran. Sama dengan peta Ungaran di tahun 1909. Jalur dari Puncak Botak ke Puncak Bondolan merupakan dinding kawah purba dari Gunung Botak, oleh karenanya jalur pendakiannya hanya punggungan dan jalan setapak (YouTube video @theslackerhikertv).Â
Dua kali mendaki Gunung Ungaran view dari sabana yang menghubungkan Puncak Bondolan dan Puncak Botak bikin saya terpesona. Dari atas sini bisa terlihat punggungan gunung Ungaran, Danau Rawa Pening, Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, Telomoyo dan Gunung Andong.Â
Sebelum mencapai Puncak Botak, dari kejauhan saya melihat hewan mamalia sejenis monyet berbulu agak tebal berwarna gelap kehitaman. Hewan tersebut meloncat dari pohon satu ke yang lainnya, lalu berhenti diatas pohon sambil memakan sesuatu. Posisinya berada di bawah di lembah yang curam. Dahan pohon lain pun terlihat bergerak-gerak menandakan ia tidak sendirian.
Pukul 8:55 saya sampai di puncak Botak 2.050 mdpl. Dari Puncak Bondolan - Puncak Botak 1.07 km (46 menit). Secara keseluruhan pendakian Gunung Ungaran dari Basecamp Perantunan - Puncak Botak saya jalan sejauh 4.1 km (02:41 jam). Jadi kalau dihitung sampai turun lagi ke basecamp, setidaknya saya sudah berjalan sejauh 8.2 km. Lumayanlah olahraga hari itu.
Di Puncak Botak saya bertemu dengan beberapa pendaki, termasuk tiga orang dari Kulonprogo, Yogyakarta. Saya mendengar pengalaman pendakian mereka yang sangat seru dan mengasyikkan. Sudah banyak puncak gunung yang telah mereka taklukkan. Terima kasih Mas Toni sudah membantu memfotokan diri saya di Puncak Botak. Tapi saya kok lupa kita berempat tak berfoto bersama-sama ya buat kenangan? Semoga kita bertemu di pendakian berikutnya ya. Sebenarnya masih banyak cerita menarik lainnya, namun tak semuanya saya tulis di artikel ini.
Penutup
Gunung Ungaran berada di elevasi 2.050 mdpl, dikategorikan sebagai gunung untuk pendaki pemula. Namun bagi saya yang sudah berusia 52 tahun, perlu persiapan fisik yang serius sebelum mendaki gunung ini untuk menghindari cidera.Â
Pendakian kali ini, saya akui kurang persiapan fisik sehingga waktu naik di Ondo Rantai nafas saya terasa ngos-ngosan dan kaki terasa agak berat, sehingga selama pendakian saya pun jalannya santai banyak istirahat.
Tetapi, tentunya ada hal positif yang saya dapatkan dari pendakian kali ini. Puji Tuhan lutut kiri saya sudah pulih dari cidera. Waktu jalan turun ke Basecamp tak merasakan nyeri. Di rumah saya melakukan terapi senam Yoga dan terapi air di kolam renang. Kesehatan lutut sangat penting bagi yang hobi mendaki gunung.
Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat. Salam pendaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H