2. Ekspektoran: Mempermudah batuk/mengeluarkan dahak.
3. Karminatif: Mengeluarkan angin.
Masa kecil dan remaja saya dihabiskan di sebuah ibukota kabupaten di Selatan Gunung Slamet. Waktu itu udaranya masih sejuk. Dalam keseharian, penjual jamu gendong sudah menjadi pemandangan yang biasa. Jamu dalam botol beling di keranjang yang terbuat dari anyaman bambu di gendong dengan selendang. Terkadang saya membelinya.Â
Namun ada juga seorang penjual jamu dalam bentuk serbuk yang ditaruh didalam botol-botol beling kecil. Si mbok penjual jamu duduk di "dingklik" kayu kecil dan dengan sigap meracik jamu dan  menyeduhnya dengan air hangat ketika melayani pembeli. Ia nampaknya sudah mempunyai pelanggannya sendiri. Ia pun menggendong jamunya dan berjalan keliling masuk kampung-kampung dan gang sempit.
Di pusat perkotaan di belakang pasar tradisional ada juga seorang penjual jamu yang waktu itu cukup terkenal. Aroma jamu bisa tercium dengan kuat ketika saya melintas di depan rumahnya. Si ibu penjual jamu tak perlu cape jalan keliling. Jamu racikannya banyak disukai orang. Pelanggannya dengan senang hati mendatanginya. Seorang teman suka mampir  minum jamu "kunir asem" (kunyit asam) disana ketika dia sedang menstruasi. Ramuan jamu ini sangat populer dan dipercaya bisa mengatasi nyeri haid.
* Manfaat Jamu Kunyit Asam
"Curcuma longa" atau kunyit mengandung curcumin yaitu senyawa aktif yang berwarna kuning. Selain banyak digunakan sebagai bumbu masakan, kunyit pun banyak dipakai sebagai bahan baku jamu. Untuk menambah rasa, penjual jamu biasa menambahkannya dengan "asam jawa".Â
Menurut "klikdokter.com", ada 13 manfaat jamu Kunyit Asam bagi kesehatan:
1. Mengandung senyawa bioaktif yang bersifat antioksidan sehingga bisa menangkal radikal bebas.
2. Meredakan nyeri haid.
3. Meningkatkan daya ingat.