Bagus mengecek lengan, lalu memegang lehernya. Syukurlah tidak ada bekas gigitan yang terlihat.
"Makasih, Dit."
"Aku takut, kak." Ujar Radit sambil mengusap air mata yang mengucur deras.
"Ga apa-apa. Ada kakak di sini." ucapnya menenangkan sang adik dalam pelukannya.
Sesaat kemudian keduanya memasuki mobil. Bagus mengenakan sabuk pengaman pada Radit, lalu dirinya sendiri. Ia menyalakan mesin membiarkannya mengaung sejenak.Â
"Sekarang gimana, kak?"
"Kita pergi ke bogor. Tapi sebelum itu kita cari ayah di kantornya." Jawab bagus menatap sang adik dengan tajam. Meski tak tahu akan nasib sang ayah, Bagus tidak ingin meninggalkannya sebelum memastikan dengan mata kepalanya sendiri.Â
"uuhhhh, kaaaaak!" Seru Radit melihat mbok Ati yang kembali bangun dan berdiri di depan mobil, berteriak keras kearah mereka.
Tanpa pikir panjang Bagus menginjak pedal gas dan melindas wanita itu hingga terseret sampai di gerbang depan. Keduanya meluncur meninggalkan rumah mereka, menerjang bahaya yang menunggu mereka di hari pertama pandemi pembawa akhir bagi manusia.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H