Santos menatap kagum wanita disampingnya. Ia tidak menyangka bahwa buku bersampul merah ini membuatnya mengenal seorang gadis yang sangat menarik.
 "Itu analisa yang luar biasa. Maaf, tapi aku belum tahu namamu." Ucap Santos sembari memasukan buku ke dalam kantong jasnya.
"Selena Banderas, tuan..."
"Santos Qasillas. Panggil saja aku Santos. Maukah kau berdansa denganku, Selena?"
***
Orkestra menggema megah di ruangan dansa ketika untuk pertama kalinya, sang tuan muda kediaman Qasillas menderapkan kakinya di lantai dansa. Tangan Santos lembut merangkul pinggang Selena, keduanya anggun berputar di tengah lantai dansa bak penari yang telah berlatih bersama selama bertahun-tahun, terikat harmoni kelas atas tanpa cela pada setiap langkah kaki.Â
"Kau pandai sekali menari, Selena." Ujar Santos sembari tersenyum ramah pada gadis dalam pelukannya.
"Tuan juga tidak buruk." Jawab gadis itu sembari berputar dibawah lengan Santos, lalu kembali merangkulnya kedepan dan kebelakang.
"Kau tahu," Santos mendekatkan bibirnya ke telinga si gadis, "aku mengenal semua bangsawan di ibukota, bahkan Carlos Banderas. Tapi aku tidak pernah mendengar bahwa ia memiliki anak perempuan, ataupun istri baru. Jadi siapa kau sebenarnya?"
Gadis itu menatap Santos dengan hampa, namun matanya berkaca menunjukan kesedihan. Sejenak langkah tariannya mulai kehilangan harmoni.Â
"Memang benar, tuan. Carlos Banderas ialah pamanku. Aku berasal dari desa dan diangkat paman Carlos sebagai anak setelah kematian orang tuaku beberapa bulan lalu karena serangan bandit."Â