Secepat kilat Selena merebut buku itu dari tangan Santos. Ia memecahkan jendela ruangan, berniat untuk melompat kebawah.Â
"Selena!" Santos kembali berseru.
Gadis itu menoleh kearahnya.
"Bisakah kita bertemu lagi? Aku masih ingin berdansa denganmu."
Selena menatapnya keheranan, tak kuasa menghadirkan penjelasan masuk akal akan permintaan itu.
"Aku bisa saja membunuhmu hari ini. Tapi lebih baik kusebarkan isi buku ini pada musuh-musuhmu, Qasillas. Jika kau masih hidup pada saat itu, aku akan datang dan membunuhmu dengan tanganku sendiri."
Gadis itu meloncat dari jendela lalu menghilang ditelan kegelapan malam.
"Aku menantikannya." Ucap Santos sambil tersenyum.
Si tuan muda membangunkan Jonas dari balik pecahan keramik antik yang berserakan di ruangan penyimpanan. Ia memangku pria itu menuju pintu keluar ketika mendengar terompet pasukan kerajaan dari lantai bawah berkumandang, tanda bahwa para bandit sudah diamankan. Sang kapten bergerutuh karena tak terima dikalahkan oleh seorang gadis.
"Jika ada yang bertanya, bilang kalau sepuluh bandit menyerangku bersamaan. Paham kau, Santos?" Perintah kapten Jonas.
Belum sempat Santos menjawab, pintu ruangan itu  didobrak oleh dua prajurit beserta ayahanda yang menerobos masuk kedalam.