"Yang mulia Carlos dari rumah Banderas"
Santos melirik ke arah pintu depan setelah mendengar kedatangan itu. Carlos Banderas? tidak biasanya. Dari sekian banyak bangsawan, keluarga Banderas hampir tidak pernah hadir dalam acara pesta dansa. Mereka tinggal di perkebunan di pinggir kota dan tidak menghiraukan perputaran politik di ibukota. Mengapa hari ini Carlos Banderas datang kemari?
Orang tua itu melangkah masuk sembari menyilangkan tangan dibelakang pinggang. Kumis dan janggut emas nan tebal bersarang pada wajahnya. Ia mengenakan jas hitam tajam bergaya militer dan topi tinggi melengkapi penampilan gagah seorang pekerja keras.
Mata Santos segera berpindah pada orang yang datang menemani pria itu. Seorang gadis muda merangkul tangan Carlos dan masuk bersama-sama kedalam ruangan dansa.
Gadis itu mengenakan gaun hitam yang membalut kulit putih pucat yang anggun membiaskan cahaya ratusan lentera di ruangan itu. Diatas kepalanya bersarang mahkota berhiaskan bulu burung gagak, menambah keindahan rambut perak yang dikuncir kebelakang.Â
Meski jauh dari standar kecantikan kerajaan mereka yang lebih menyukai kulit kecoklatan, gadis itu memiliki daya tarik berbeda ketika bibir meronanya tersenyum sambil menelusuri ruangan. Tanpa sadar Santos telah melupakan bukunya dan terpaku menatap gadis bermahkota gagak bak nyengat yang menempel pada lampu jalanan.
Sesaat kemudian gadis itu melepas tangan Carlos yang memintanya mencari tempat duduk, sementara Carlos berbincang dengan bangsawan lain. Ia pelan melangkah menuju meja kosong yang berdekatan dengan kursi yang diduduki Santos.
Ia menghentikan pelayan yang berjalan didepannya, lalu bicara panjang lebar memesan minuman. Ketika pelayan itu berjalan kembali, Santos memanggilnya.
"Buatkan aku pesanan yang sama dengan gadis itu." Perintahnya.
Pelayan menganggukan kepala dan melangkah kebelakang. Santos masih terus mencuri pandang dengan gadis itu. Sesekali tamu lain mengunjungi mejanya untuk berdansa. Namun dengan sopan, gadis itu menolak ajakan mereka. Ia hanya duduk sambil tersenyum menikmati tarian dan musik yang menggema di sekelilingnya.Â
Selang beberapa menit, pelayan datang membawakan minuman ke meja Santos. Minuman itu disediakan dalam gelas anggur dengan warna oranye keruh. Santos menggoyang-goyangkan gelas dan mencicipinya. Rasa pahit yang familiar melekat di ujung lidahnya, rasa dari gin. Lalu rasa asam yang berpadu dengan gin muncul dari perasan buah jeruk, serta aroma rempah-rempah dan daun mint dari ramuan absin lembut memanjakan hidung. Selera yang menarik.