Sudah sebulan lebih mereka mengarungi lautan, mencari keberadaan sesosok monster yang mengusik jalur pelayaran. Mozaid, ikan paus bengis penghancur kapal yang telah menghabisi banyak orang muncul memberi teror bagi para penghuni lautan.Â
"Kapten, kalau boleh aku bertanya," Edward menuangkan anggur kedalam gelas Eugene, "mengapa kau begitu ingin menangkap paus itu? Bayarannya tidak begitu besar, selain itu ia hanya mengganggu kapal pemerintah, tidak ada hubungannya dengan kita. Aku tidak percaya kalau kau peduli dengan jalur pelayaran, jadi apa alasannya?"
Eugene tertawa terhentak-hentak, gigi dan lidahnya bersentuhan.
"Tiga ribu koin bukanlah uang yang sedikit, nak." Ujarnya meneguk anggur.
"Hasil penjarahan dua bulan lalu tiga kali lebih besar dari itu." Protes Edward.
Eugene menatap wajah penuh kebingungan didepannya. Memang benar bahwa uang yang akan didapat dari perburuan ini tidak seberapa.Â
Namun ada hal lain yang mendorongnya, hal yang mungkin sudah seharusnya ia ceritakan pada anak muda ini. Toh tidak ada salahnya juga.
"Kau tahu darimana aku berasal, nak?" Tanya Eugene.
"The Reef, kapten. Tempat terkejam selautan." Jawabnya. Setidaknya itu yang ia dengar dari kru kapal lain. Ia tidak begitu tahu tentang sang kapten sebab baru enam bulan terakhir ia bergabung dengan kru Crabby Cruster.
"Kau salah, nak. Aku lahir di Clamnation, jurang tanpa ujung, sebelum berakhir di the Reef." Sahut Eugene sambil menyodorkan gelas untuk di isi kembali.
"Clamnation? Itu bukannya tempat tinggal para ka_" Edward menggigit bibir, mencegah kata yang nyaris keluar dari mulutnya.