Mohon tunggu...
Aris Balu
Aris Balu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis seputar fiksi dan fantasi || Bajawa, Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Laki

20 Juli 2022   17:21 Diperbarui: 20 Juli 2022   17:23 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bajawa, 25 Maret 2005

Matahari meninggi, menjulang selaras di angkasa. Panas menyengat memaksa kawanan riang-riang menyanyikan lagu nenek moyangnya, menggema pada barisan pepohonan kopi. Lima sekawan berteduh di pondok kebun, menikmati sari tebu sembari melirik hamparan batang jagung yang mulai menua. Markus, Toni, Yosep, Uston dan Ari duduk bersila bercengkerama ria, berselimut peluh yang didapat sehabis bermain sepak bola.

"Ari, kau punya bapa' tidak marah kah, kita patah tebu di kebun kalian?" Tanya markus pada Ari, yang empunya kebun itu. 

"Aman, teman. Bapa' kalau pergi kantor, malam baru pulang. Kemarin saja jam 10 baru bapa' sampai rumah. Mata merah, tidak tahu abis minum dimana mungkin." Ujarnya sembari menyobek kulit tebu dengan giginya.

"Ia, aman. Saya kalau lapar sering patah jagung di sini." Ujar Toni menimpali, senyuman tersimpul di bibir yang dikerumuni gugusan tebu.

"Aishh kau nih! kalau saya tidak ada, kau jangan ambil sembarangan. Bapatua tahu, dia belah kau dengan parang nanti." Seru Ari sambil melotot pada Toni yang terkekeh disampingnya, seolah tidak peduli.

Ari mengalihkan pandangannya pada Uston yang membuang tebu di depan pondok, berserakan terbalut debu. 

"Us, kulit tebu pake kumpul, baru kita buang. Bapa' marah saya nanti kalau lihat pondok penuh kotoran." Ujar Ari mengingatkan.

"Oke bos, santai." Balas Uston sambil mengumpulkan kulit lalu melemparkannya ke tumpukan milik Markus.

Tak terima tumpukan sampahnya dinodai, Markus marah memprotes, "Eh! kau jangan buang kulitnya ke sini. Nanti saya angkat sendiri, kau cuma nonton."

"Kau ini,  nanti kita angkat sama-sama, tenang saja. Cuman kotoran juga." Gerutuh Uston.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun