"Bagaimana kau menemukanku?" Tanya Ouhm.
"Ayolah, kau sudah pasti tahu bagaimana. Shaid benar-benar orang tua yang menarik. Saat aku dan kelompokku membantai paduka raja serta keturunan terkutuknya, sang Jendral lebih memilih untuk menyelamatkan mahkota Viranthadi. Tidak kusangka benda itu lebih berharga dari pada rajanya sendiri." Jawabnya sembari menyeruput teh.
"Jangan membual kau, anak muda. Mahkota itu sudah dihancurkan oleh paduka Walishiga. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
"Untuk seorang pembunuh berdarah dingin, kau lebih picik dari yang kukira. Kau adalah anjing kebanggaannya, tuan Ouhm. Ia tidak mungkin menyingkirkan satu-satunya rantai yang dapat mengekangmu. Setelah aku menghabisi Shaid, benda itu kupersembahkan pada raja yang baru. Bayangkan betapa kagetnya diriku saat ia merasakan keberadaanmu di wilayah ini, dan bahwa kau masih hidup. Tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk melacakmu."
Oh Walishiga, apa yang sudah kau lakukan? Pikir Ouhm menyesali keputusan mantan majikannya. Mahkota itu adalah alat yang dibuat oleh sang guru untuk paduka raja atas permintaan Ouhm sendiri. Benda itu memungkinkan pemiliknya memiliki kuasa atas pengguna energi Virant seperti Ouhm. Ia meminta gurunya membuat mahkota tersebut demi memastikan kelompok Viranthadi yang dipimpinnya tidak berhianat setelah memperoleh kekuatan dari ritual penciptaan pasukan Virant. Sebagai bagian dari perjanjian, Walishiga harus menghancurkan mahkota itu setelah seluruh wilayah kerajaan bertekuk lutut dibawah kuasanya.
Setelah perang berakhir dan tahta kerajaan menjadi milik Walishiga, Ouhm meminta paduka untuk menepati janji. Walishiga adalah pria yang ia yakini memiliki kehormatan dan akan menepati perkataaanya.
Jika yang dikatakan Haka benar, mahkota yang Walishiga hancurkan pastilah mahkota palsu. Ia tetaplah sebuah tombak yang dipajang di dinding rumah, siap untuk dipakai kapan saja untuk membunuh.
Selain itu ada satu hal lagi yang mengganggunya. Ia harus memastikan asal usul anak ini. Jika benar bahwa dirinya memiliki hubungan dengan pria itu, maka sudah jelas apa yang bocah ini inginkan. Kepalanya.
"Rodhid Sakila..." Ujar Ouhm.
Haka meletakan cangkir teh. Hawa membunuh memancar dari tubuhnya. Dengan cekatan Ouhm meloncat dari tempat ia bersila, menghindari hantaman dari seruling logam yang menghancurkan teras rumah.
Tidak mungkin. Ouhm sangat mengenal aura yang kini menyelimuti tubuh Haka. Asap hitam transparan meliuk-liuk bag kain sutra yang ditiupi angin, menari mengelilingi tubuh pendongeng itu. Begitu dingin namun begitu familiar, laksana kawan lama yang tidak ingin ia temui. Aura Virant. Bagaimana mungkin bocah ini memilikinya?