"Doa lagi? Kau sudah menulis sepuluh doa malam kemarin, sayang. Kalau permintaanmu terlalu banyak, sang Dewi akan memberimu karma."
Pria itu menarik tangan lembut istrinya lalu meletakan kertas itu pada telapak sembari berkata.
"Ini untukmu. Bacalah ketika kau sudah tidak melihatku lagi pada cakrawala." Ia memegang kedua tangan Lashwi. Mata pria itu berbinar-binar, senyumannya menipis. Ia mendekatkan kepala pada istrinya yang merunduk malu sembari menggigit bibir bawahnya. Matahari meninggi, memukulkan cahayanya pada ladang tempat mereka berdiri. Sepasang kekasih bermandikan cahaya pagi merupakan pemandangan yang membuat siapapun menghargai kehidupan yang telah diberikan sang Dewi.
"Aku mencintaimu, cepatlah pulang." Ia merangkul Lashwi mendekat.
"Banyak orang yang melihat, Ouhm."
"Biarkan saja." Jawabnya.
Sebelum sempat kecupan mendarat pada dahi Lashwi, sang kusir mengagetkan keduanya.
"Ouhm, jangan lupa Lashwi hendak kemana. Rambut sudah meninggalkan kepalanya, kau tidak boleh menodainya hingga seminggu lagi."
Ouhm berhenti serentak, merenungkan perkataan sang kusir. Ia melepaskan pelukan dan tersenyum bodoh sembari menundukan kepala.
"Benar, maafkan aku." Ujar pria itu mengurungkan niat. Ouhm merapikan rambut dan pakaiannya lalu mengantar Lashwi serta Githa menaiki kereta.
"Aku titip keluargaku, Khali. Berhati-hatilah di jalan." Ujar Ouhm pada sang kusir.