Mohon tunggu...
Aris Rusyiana
Aris Rusyiana Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Mengabdi di BPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyerempet Kematian

23 Oktober 2020   18:05 Diperbarui: 23 Oktober 2020   18:11 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

#Kisah Satu

Pagi itu seperti biasa, Mang Eman tukang sayur, jualan di komplek kami. Ia selalu merasa bahagia. Apalagi senantiasa dikirim gambar meme di whatsapp nya, bahwa cuma kang sayur, lelaki yang selali dikerubutin emak emak setiap pagi tetapi tidak pernah membuat istri di rumah cemburu. Tetapi, tetap saja sejak musim pandemi Covid-19, terasa olehnya pendapatannya mulai berkurang. Jadi dia harus mutar otak, peras keringat, untuk bekerja lebih keras lagi. Bila sebelumnya, dia kurang memilih jenis jenis dagangannya, sekarang dia harus lebih bekerja keras memilih dan membersihkan sayurannya. Dia pastikan kesegaran dan kebersihan, baik sayurannya, juga rodanya. Jualan pun ia lakukan lebih pagi, karena kalau kesiangan sedikit, tukang sayur yang biasa keliling di kampung dan komplek lain, ikut jualan di komplek perumahan itu. Saingannya bertambah. Dan dia pun harus kencang kencang berdoa, supaya rejekinya lebih lancar dan pelanggan tidak berpindah ke lain hati.

Ketika sedang melayani pembeli, tiba-tiba handphonenya berdering. Sejenak air mukanya berubah dan kemudian dia tergesa-gesa membereskan dagangannya. Rupanya dia baru mendapatkan kabar ibunya dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) karena mendadak pingsan. Raut muka tukang sayur itu tampak tegang. Dia sangat ketakutan sekali. Ibunya yang sangat dia kasihi, hari itu dilarikan ke rumah sakit.

Mang Eman pamitan terus ia pun buru-buru pergi menengok ke rumah sakit.

Namun tanpa dinyana, tidak lama dari itu, ibu-ibu pelanggan gerobak sayurnya gempar. Mereka mendapatkan kabar bahwa sesampainya di UGD Rumah Sakit, Mang Eman malah mendadak pingsan kemudian meninggal seketika. Sedangkan ibunya sudah tertangani dengan baik di UGD dan kembali sehat wal afiat. Rupanya Mang Eman terkena serangan jantung yang mengantarkannya pada kematian.

# Kisah Kedua

Sejak siang, hujan begitu deras mengguyur Jakarta suatu hari di awal Tahun 2020. Hujan baru mereda jelang Maghrib. Rifqi pun pulang. Seperti biasa, ia berjalan kaki dari kantor ke kost di daerah Pasar Baru. Ia berjalan melintasi sederetan pepohonan pinggir Kali Pasar Baru. Semua tampak normal kembali karena saat itu angin dan hujan sudah berhenti. Hanya air Kali Pasar Baru yang meluap dan berwarna cokelat kopi susu. Juga genangan genangan air yang tersiksa di jalanan pinggir Kali Pasar Baru.

"Krakkk!!!"

"Gdubrakk!!"

Tiba tiba seketika ada satu pokok Pohon beringin besar tumbang menimpa papan nama suatu mesjid, dan gerobak buah di bawahnya. Papan nama mesjid itu ambruk dan gerobak buah menjadi penyok. Tidak ada korban jiwa. Teman saya mengucap syukur berkali-kali. Hampir saja, terlambat lima langkah kakinya terlewat, dahan dan ranting pohon tumbang itu persis menimpa jejak kakinya.  Sore itu dia merasa kematian hanya berjarak lima langkah saja dari jejak telapak kakinya sebelumnya. Jantung Rifqi masih berdegup kencang. Malam itu setelah sholat isya dan mengaji, ia baru bisa memicingkan mata hamper jelang tengah malam. Segala dzikir dia panjatkan, agar diberikan Alloh kesempatan hidup di esok hari.  

#Kisah Ketiga

Seorang syeikh dari Yaman mengisi pelatihan pengurusan jenazah di tahun 2008. Tempatnya di mesjid pesantren dekat rumah saya di Tasikmalaya. Seorang santri menjadi sukarelawan sebagai 'jenazah'. Diletakkan terlentang di atas meja di hadapan hadirin. Saat syeikh mempertontonkan bagaimana proses mengkafani, 'jenazah' betul-betul terbungkus kain kafan.  Tetapi ikatannya longgar.

Syeikh melakukannya sambil memberikan penjelasan, lengkap dengan menukil hadits dan pendapat para Fiqh. dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para santri. Para santri begitu antusias.Begitu pun dari lapangan umum,luar pesantren.

Syaikh pun menjelaskan dengan semangat. Itu berlangsung kira-kira satu jam. Kemudian syeikh semakin melonggarkan ikatan kafan dan membukanya.

"Qum,yaa fulan!",kata syaikh kepada santri yang menjadi peraga. Aba aba supaya bangkit.

Awalnya Syaik berbicara lirih dan kemudian berkata lebih keras.

"Wahai fulan,bangun,pelatihan telah usai".

Diguncang begitu juga,sang murid tetap diam.

Syaikh membangunkan lagi dengan suara lebih keras Dan mengguncang guncangkan tubuh muridnya.

Terlihat syaikh panik.

Jamaah pun mulai rame.Ada yang sampai berdiri.

Santri yang menjadi 'jenazah' susah dibangunkan.

"Jangan jangan jadi jenazah betulan?!"Iya...kelamaan dibungkus kain kafan tadi sepertinya"

Hadirin semua terlihat tegang.Semuanya sudah menduga dengan berbagai prasangka.

Pada akhirnya legalah semua melihat melihat  Syaikh tersenyum. Tetapi melihat sang santri celingak celinguk, dan wajahnya pucat pasi. Syaikh menenangkan. Beliau bertanya, ada apa. Si santri pun terbata-bata bercerita, dia piker tadi adalah jatah waktu dia yang terakhir di dunia. Rupanya si santri tersebut awalnya merasa dibuai sehingga tertidur nyenyak. Tapi seiring waktu, dia mengalami mati suri. Alhamdulillah , diberikan kesempatan untuk menata hidup lebih baik lagi.

***

Begitulah, bahwa kematian itu memilih. Ia memilih kepada makhluk yang sudah ditakdirkan Alloh untuk dihampirinya. Ada yang diberikan kesempatan, dengan kejadian menyerempet kematian. Oleh karena itu, mari kita senantiasa bersiap menghadapi kematian. Meskipun masih sehat, masih merasa muda, masih kuat. Karena kematian tidak memandang itu semua. Apalagi kondisi sedang sulit pandemi Covid-19 seperti ini. Ikhtiar untuk mengupayakan hidup sehat dan berusia Panjang itu harus dan wajib. Menerapkan protokol kesehatan (prokes) 3M itu ikhtiar minimal. Perkuat imun tubuh, dopping dengan Vitamin, Probiotik, Herbal, dan empon-empon yang dianjurkan.   Jangan lupa berbahagia.

Terlebih bagi seorang pemeluk agama islam. Sebagai muslim yang baik, sudah seharusnya kita menyegarkan keimanan bahwa kematian itu sebagai suatu keniscayaan yang akan dialami setiap jiwa yang hidup (Al Qur'an Surat (Q.S) Ali Imran:185); hanya Alloh yang kekal dan abadi (Q.S Ar-Rahman 26-27); tidak ada satupun yang akan lolos dari maut (Q.S An Nisa:78).  Al Qur'an Surat Ali Imran: 185 dan Al Anbiya: 34-35 menyatakan ".....tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...". Sedangkan menurut Al Qur'an Surat Ar-Rahman 26-27: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." Di lain pihak, mengutip dari Al Qur'an surat An-Nisa:78: "Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun