"Hanya manusia licik yang mau mencelakai orang lain," tambah mbah Slamet.
"Benar mas, kadang kalau dipikir-pikir, kenapa ada orang yang punya hati licik iri dengki dengan obsesi sebesar itu sehingga menyakiti orang lain, meskipun kita tidak tahu bagaimana kehidupan bu Titik dan keluarganya, apakah hidupnya sangat menderita, sehingga ia memiliki hati licik seperti itu, wallahu a'lam".
"Tapi tetap ada konsekuensi jika kunci itu akan dibuka, meskipun tidak langsung, kelak akan kembali kepada pengirimnya, ibarat hukum tabur tuai, hukum alam sopo nandur bakal ngundur,"Â jelas mbah Slamet.
"Kalau itu kan pasti mas, apapun di kehidupan ini baik buruknya tidak ada yang gratis, kebaikan kitapun karma baiknya sampai ke anak cucu, begitu juga karma kejatahan," timpal pak Toha.
"Itulah Ha, aku gak mau nikah, aku mending menanggung semua karma baik dan burukku berhenti padaku, karena aku telah banyak menggunakan ilmuku untuk menolong atau mencelakai, tapi ini yang terakhir, setelah ini aku akan bertaubat dan bersiap untuk kembali kepada sang maha kuasa seng nduwe urip," kata mbah Slamet.
Pak Toha pun terdiam, ia mengamini semoga sahabatnya benar-benar akan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
"Ha...nant malam aku akan buka kuncinya, kasihkan ini ke gadis itu, salam hormatku dan sampaikan bahwa laki-laki itu jodoh terbaiknya," kata mbah Slamet sembari memberikan bungkusan kecil.
"Baik mas, terus buntalan putih ini untuk apa mas?," tanya pak Toha.
"Hmmm... kita tidak perlu menjelaskan padanya, gadis itu sudah paham soal ini, ia sendiripun bisa membuka kunci tersebut jika ia mau, sayangnya ia belum yakin, makanya nanti salamkan padanya jika laki-laki itu adalah jodoh terbaiknya," kata mbah Slamet.
"Baiklah mas, matursuwun ya mas, semoga ini salah satu amal baik yang dicatat gusti Allah, Amiin," kata pak Toha dan diamini mbah Slamet.
***