Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Santet Sperma dari Malang Selatan [Part 2]

23 Agustus 2023   14:45 Diperbarui: 26 Agustus 2023   14:42 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santet sperma dari Malang Selatan

Melanjutkan yang belum selesai, 

Tentang persahabatan mbah Slamet dan pak Toha, mereka masih asik berbincang di bawah gubuk jerami pinggir sawah. Sehari-hari mbah Slamet bertani padi, hektaran sawahnya tidak menjadikannya duduk manis, ia ikut mengerjakan, karena kalau tidak gerak tubuhnya bisa sakit dan linu.

"Mas Slamet, la terus pripun niku bu Titik?," tanya pak Toha menimpali cerita mbah Slamet sebelumnya.

"Udah tak suruh berhenti, cari yang lain tapi dia ngotot sampe dapat, la emang aku Gusti Allah, ngatur ngatur takdir, hahahha," celetuk mbah Slamet.

"Hehehe... la pripun mas, namanya juga tresno," kata pak Toha.

"Iku bukan tresno, tresno it tulus ikhlas, iki nafsu, menungso kok nafsu, ilang hati nuranine," jelas mbah Slamet.

"Hmmm.. njeh mas," kata pak Toha.

"Uwes, ganti topik, piye kabare anak wedokmu?," tanya mbah Slamet.

"Alhamdulillah mas, anake 1, sehat lan kecukupan," jawab pak Toha.

"Syukur alhamdulillah, urip iku asline golek opo to? Cuman numpang golek sangu gawe akhirat, q wes tuek, ngroso wes wayahe tobat, wes terakhir bu Titik iki, q dadi petani wae," jelas mbah Slamet dan pak Toha nampak mendukung. Meskipun mereka berbeda ilmu hitam dan putih, namun mereka adalah sabahat. Saling melengkapi. Tentu saja jika mbah Slamet sudah ingin belajar ngaji dan shalat, pak toha siap siaga mengajarinya. Karena sejauh ini pak Toha tak pernag berhenti mendoakan mbah Slamet, untuk diberikan hidayag dan meninggal di jalan Iman dan Islam.

"Njeh mas, aku yo ngunu mas, wes wayahe mikir akhirat, lawong umur gk onok seng ngerti, ahgg mas ojo ngomong mati, yg lain aja dulu, heheh,"kata pak Toha mencoba mengalihkan pembicaraan.

***

Kini ke bu Titik, 

Ia gelisah di rumah, tadi pagi Rasyid menghubunginya katanya nanti sore ia mau ke Malang, karena dia ada projek di Sidoarjo. Ia Rasyid adalah arsitek yg memiliki kantor sendiri, ia terbiasa menggambar rumah baik minimalis ataupun yg klasik. Perusahaan yang ia rintis sejak 2019 lumayan terkenal dibidangnya, bahkan ia sudah menghayer 5 arsitek yg handal dibidangnya bahkan bekerja sama dengan beberapa toko bangunan jika clientnya menginginkan bahan-bahan bangunan yang unik dan berkualitas.

"Pak, gimana ini, Sari tetap gak mau disuruh pulang, Sari ini kok susah sekali ya pak?," tanya bu Titik pada suaminya pak Ahmad yang duduk di meja makan ruang tengah.

"La gimana buk, Sari ini juga punya pacar, dia juga sudah dewasa," jawab pak Ahmad sekenanya, bu Titik agak dongkol, kemudian ia menelfon Sari dengan memaksa untuk pulang.

"Terserahlah nanti ibuk ngomong apa ke Rasyid, yang penting usahakan pengasihan ke Rasyid tidak hilang," kata Pak Ahmad.

"Yo jelas pak, aku maunya yang jadi mantuku Rasyid," kata bu Titik.

"Nanti sore aku jemput Rasyid di terminal Arjosasi, lalu kuantarkan ke mbak Minah," terang pak Ahmad. Mbak Minah adalah kakak kandung pak Ahmad, dan hubungan pak Ahmad masih 2 pupu dengan ayah Rasyid yang di Jakarta.

"Iya pak, sekalian tanya bagaimana kelanjutan pengacara kenalan Rasyid, apakah sudah ada jalan keluarnya,"

Mbak Minah sedang memiliki masalah cukup runyam, rumah dan semua sawahnya telah terjual dan tergadaikan oleh menantunya yg dari luar Jawa. Pak Ahmad iba dengan nasib kakaknya yang janda, makanya saat Rasyid berkunjung ia juga meminta solusi dan membantu bagaimana agar masalah mbak Minah selesai, paling tidak rumahnya tak tersita bank.

Sejak setahun lalu, Rasyid membayar biaya pengacara untuk kasus bu Minah itu, anak-anak bu Minah pun tak ada yanh peduli, karena sebelum-sebelumnya ia hanya menyayangi dan membela menantunya yg dr luar jawa tersebut. Sekarang, saat bu Minah kena batunya anak dan menantunya yg lain angkat tangan.

Sedangkan Rasyid tentu tidak, demi mendapatkan tambahan simpati dari keluarga Sari tak peduli ia dengan puluhan juta uang yang dihabiskan untuk sewa pemgacara. Meskipun, ia sudah lumayan capek dengan keadaan ini, tapi rasanya tidak puas jika tidak sampai selesai.

Sore hari beneran pak Ahmad menjemput Rasyid di terminal Arjosari, sebelum pulang ke Sumberpucung, bu Titik punya inisiatif mendatangi Sari ke kosannya di Malang dekat toko buku Wilis. Tentusaja, dengan niyat mempertemukan Rasyid dengan Sari.

Dimobil hati Rasyid berbunga, ia sudah salah tingkah, beberapa kali ia mengaca pada ponselnya, lalu ia membenarkan kalung emas dilehernya agar nampak rapi, kemudian gelang emas ditangannya yang sebesar rantai sepeda onthel juga tak lupa ia benarkan letaknya dan cincin bermata hitam pun ia ilap dengan kain agar lebih mengkilap. Ia bak tuan takur dengan segala perhiasannya yang siap meminang perempuan yang ia cintai.

Sesampainya di depan Univ. Negeri Malang bu Titik mendapatkan telfon dari Sari kalau dia lagi di Rumah Iga pojokan belakang UM. Kemudian, pak Toha langsung menuju ke rumah makan Iga tersebut. Disana Rasyid kaget, melihat Sari berdua dengan laki-laki. Dalam hatinya ia ingin marah, tapi ia tahan.

Akhirnya mereka berlima makan 1 meja, Rasyid tidak banyak bicara. Bu Titik yang banyak mengintrogasi laki-laki itu, ternyata laki-laki itu teman SMA Sari dan kuliah di satu tempat yg sama. Laki-laki it asalnya dari Toraja dan beragama Kristen. Tanpa diminta Rasyid, dalam perbincangan makan itu, bu Titik mengelu-elukan Rasyid, namun Sari nampak tidak suka. Sedangkan Rasyid, laki-laki teman sari dan pak Ahmad memilih diam.

Saat perjalanan pulang, bu Titik nyerocos tak karuan, ia meyakinkan Rasyid kalau Sari diguna-guna laki-laki Toraja itu. Katanya, dia pernah kirim paket makanan ke rumah, tapi ia tolak. Ia sangat jelas menjelaskan, bahwa Rasyidlah yang pantas untuk Sari.

2 hari di Malang, Rasyid lalui dengan kesepian, bagaimana tidak, orang yang ia harapkan tak kunjung pulang. Meskipun di Sumberpucung banyak saudara, tapi ia merasa tujuannya tak sampai. Bahkan malam-malam jam 23.00 WIB sangking gabutnya dia, dia pergi ke Paman Yaqub di desa lain. Inginnya dia sendiri meminjam motor bu Minah, karena selama di Sumberpucung ia tinggal di bu Minah yang rumahnya selisih 2 rumah dengan rumah pak Ahmad. Namun, saat Rasyid mengeluarkan motor, pak Ahmad melihat dan ia langsung menghampirinya.

"Nak, malam-malam mau kemana?," tanya pak Ahmad kaget.

"Mau ke paman Yaqub pak," jawab Rasyid.

"Yaudh, bapak anterin," kata pak Ahmad.

"Gak usah pak, sudah malam, bapak istirahat saja," kata Rasyid merasa iba dengan pak Ahmad yang sudah tua.

"Gak apa-apa, yaudh tunggu, bapak ambil mobil dulu," kata pak Ahmad lalu segera berlari kecil mengambil mbilnya.

Didepan rumah bu Minah, Rasyid merasa sangat tersanjung, betapa keluarga pak Ahmad sangat baik. Di zaman dulu, ayah pak Ahmad menampung kakek Rasyid saat berjualan tikar pandan, sekarang mereka menerima Rasyid dengan begitu baik. Meskipun, maksud pak Ahmad sebenarnya adalah jangan sampai Rasyid bertemu dengan Yaqub sendirian, karena keluarga Yaqub memiliki spiritual yang tinggi, ia khawatir melihat ada yang berbeda dengan Rasyid. Tentu saja, ia tak akan membiarkan Rasyid menemui Yaqub sendirian atau ilmu pengasihan dan santet yang sudah 3 tahunan ini akan sia-sia, sedangkan dia dan istrinya terus membayar mahar agar tidak expired.

Bersambung....

Apakah paman Yaqub melihat sesuatu yang berbeda? Apakah Rasyid tetap tidak sadar? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun