"Hay aku bercanda, ada rumah pakdeku disini dan tentunya aku sering main," kata Alea kemudian, ia akan siap dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang diajukan Arsyad, tentu saja jawaban-jawabannya akan memiliki konswekuensi memuakkan atau membuat tersanjung laki-laki itu.
      "Selama ini kau tahu aku tinggal disitu?, kau tidak menyapaku? Mencoba jelasin ke aku misalnya?, atau berusaha lagi mendekatiku," serentetan pertanyaan yang membuat Alea menghela nafas Panjang.
      "Syad... aku ini perempuan, meskipun memiliki keberanian, tapi tidak sejauh yang kau tanyakan, jadi tak sampai hati membuatmu muak padaku, aku selalu berharap kamu damai dan bahagia," kata Alea yang membuat Arsyad semakin merasa bersalah, selama 3 tahun ia gonta ganti cewek, mencari mana yang menurutnya sesuai, yang bisa mencintai dia apa adanya, bukan karena harta yang ia punya. Ternyata, ada perempuan yang setiap saat memandangnya dari jauh dan mendoakan kebahagiannya, waoo... itu luar biasa.
      "Al, maafkan aku 3 tahun lalu, aku merasa bersalah padamu, dan terimakasih atas doa mu yang membuatku tak ingin turun dari mobil ini," kata Arsyad pelan, ia ingin menangis tapi malu, ia begitu tersentuh dengan kata Alea.
      Alea menoleh ke Arsyad, ingin mengusap air matanya tapi tentu saja tak enak, ia menyodorkan tissue "Its okey, sudah berlalu, kamu gak usah gaya-gayaan gak mau turun dari sini, meskipun aku senang mendengar kata-katamu yang belum tentu tulus itu, tapi aku senang kamu sehat, heheh," kata Alea yang begitu senang melihat Arsyad duduk disampingnya.
      Arsyad tak kuasa menahan harunya, entahlah kata terakhir Alea mengandung bawang, ia melihat sekilas wajah Alea yang putih dengan riasan natural menatapnya sayang. "Al jangan pandangi aku seperti itu,". Spontan Alea tidak dapat menekan perasaannya, lalu ia kembali membenarkan duduknya menatap lurus kedepan, melihat jalanan ring road utara yang masih sepi. Alea menekan tombol play , lagu jazz yang menjadi play listnya menggema dan mereka menikmati perjalanan dengan bercandaan dan saling bertukar cerita.
      "Alhamdulillah kita sampai, tunggu Al jangan keluar dulu!," kata Arsyad serius, Alea  terdiam, dia tidak tahu apa yang membuat Arsyad begitu. Kemudian mata Alea tidak bisa lepas dari Arsyad, pandangannya mengikuti setiap gerak Arsyad, ia takut terjadi apa-apa kepadanya. Laki-laki itu cepat turun dari mobil dan berputar lewat belakang mobil, kemudian membukakan pintu Alea. "Silahkan keluar," kata Arsyad membuat Alea sedikit sebal namun senang.
      "Jangan khawatir begitu, aku tidak apa-apa," kata Arsyad sembari mengusap kepala Alea. Lalu Arsyad mengajaknya mengelilingi Embung Tambakboyo yang biasanya ia menghabiskan sore di akhir pekannya, bercerita pada langit dan menumpahkan kegalaunnya pada danau. Ia selalu sendirian ketempat ini, meski sebelum-sebelumnya beberapa perempuan datang disisinya, entahlah hanya saja ia merasa cukup sendiri.
      Pagi ini, ada yang berbeda dalam hidup Arsyad, meski banyak hal indah datang padanya, namun lari berdua ternyata sangat membahagiakan, baru kali ini pula ia mampu menyingkirkan pikiran-pikiran beratnya -karyawan, pengembangan produk, perusahaan baru--. Betapa ia menyia-nyiakan waktu 3 tahunnya untuk mencari, padahal ia pernah datang namun ia tak menyadarinya. Bukankah kalua dipikir-pikir lagi, Alea memang perempuan idaman dan kriteria yang diminta pada Tuhan ada padanya. Hmm... pagi jangan cepat berlalu, aku ingin tahu lebih banyak surprise tentangnya.
      Bagi Alea, tentu pagi ini bersejarah, setelah ia hanya bisa berdoa untuk Arsyad, rasanya begitu ringan berjalan dengan orang yang diinginkan, yang selalu dilangitkan setiap waktu, hingga ia merasa jika waktunya berhenti sekrang itu taka da penyesalan dalam hidupnya. Sebab sebelumnya Alea pernah mencoba dekat dengan laki-laki lain, namun rasa dan takdir memng tidak pernah diminta, ia datang kepada jiwa-jiwa yang tenang.
      "Kenapa?," tanya Arsyad yang menoleh ke belakang, dilihatnya Alea ngos-ngosan dan berkeringat.