Mohon tunggu...
Aris Yeimo
Aris Yeimo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumnus STFT Fajar Timur Abepura - Jayapura

Mengembara dan berkelana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aita "Sonowi" Itu Sudah Pergi

9 September 2024   01:38 Diperbarui: 9 September 2024   03:31 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal lain yang tampak adalah kesediaannya mendengarkan dan menghargai ketika orang lain sedang bebicara. Beliau akan menjadi pendengar yang setia. Pengakuan itu datang dari rekan-rekan imam, suster, katekis dan umat. Suatu teladan hidup yang mestinya terus diupayakan bukan saja oleh para klerus tetapi setiap umat Tuhan.

Visioner

Bagi seorang Yustinus, seorang imam harus memiliki sikap yang memampukan dan membuat berdaya guna, efektif dan berdampak bagi banyak orang. Memampukan berarti menyediakan alat, pengetahuan, perlengkapan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksakan pekerjaan. Manurutnya "menjadi imam berarti menjadi pemimpin. Seorang pemimpin harus bisa mengembangkan nilai-nilai yang memampukan orang untuk bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya dan masa depannya." Dan sikap itu saya temukan dalam diri Pastor Yus.

Dalam kesempatan wawancara beliau mengatakan, "saya menyediakan bengkel paroki, dengan maksud agar para pemuda di sini bisa melatih diri mengembangkan talenta mereka. Tetapi agak sulit saya temukan. Sepertinya mereka tidak ada yang berminat. Bengkel tinggal begitu saja dan tidak ada yang mau bergabung dan belajar bersama Dody (pegawai bengkel paroki)".

Hal lain yang membuat saya kagum dari beliau adalah upayanya membangun dan mengembangkan persekolahan Katolik di Dekenat Moni-Puncak. Dalam hal ini beliau cukup konsen. Bahkan ia menyediakan dirinya menjadi pengajar di SMP YPPK Bilogai. Menurutnya, "pendidikan sangat penting. Waktu awal saya bertugas di sini, satu karya pastoral yang menjadi fokus utama saya adalah pendidikan, baik itu pengembangan sekolah maupun asrama bagi para siswa/i".

Saat ini kita bisa menyaksikan bersama buah tangan Pastor Yustinus. Banyak anak didiknya sudah menjadi orang-orang terpelajar dan tidak sedikit juga dari mereka yang sudah menduduki jabatan strategis di pemerintahan, wiraswata bahkan ada yang menjadi imam.    

Sang "Sonowi"

Secara teoritis, di dalam masyarakat Melanesia, Sonowi/Big Man adalah ia yang memiliki kemampuan untuk berpidato; keterampilan memanipulasi kekayaan dalam pertukaran sosio-politis; kemampuan mengontrol dan menyenangkan kekuatan roh leluhur; dan berjiwa pemberani dan selalu berhasil.

Orang Inta Jaya juga memiliki pemahaman yang mirip dengan konsep di atas. Bagi mereka, Sonowi adalah orang yang dianggap kaya dan berpengaruh pada masyarakat. Ia adalah sosok yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan banyak harta benda berupa kulit bia (kigi), babi (wogo), dan istri. Selain itu, biasanya ia yang akan berperan penting dalam berbagai masalah dalam masyarakat. Misalnya, menyelesaikan masalah perang atau masalah maskawin. Ia juga tidak jarang memiliki banyak istri karena itu merupakan harta benda yang dimilikinya.

Mengapa saya mengatakan Pastor Yustinus adalah seorang "Sonowi"? Karena beliau hadir di bumi Intan Jaya bukan dalam rangka mengumpulkan kulit bia, uang, babi, dan segala harta kekayaan duniawi sebanyak-banyaknya. Bukan berarti bahwa semua hal itu tidak penting. Bukan juga berarti bahwa ia tidak mampu memiliknya. Melainkan ia hadir sebagai "Sonowi" Gereja Katolik.

Menurut pengakuannya sendiri, "waktu saya ditahbiskan menjadi imam, saya hanya diberikan dua benda oleh bapa Uskup; Stola dan Kitab Suci." Baginya, dua benda rohani ini adalah kekayaan yang dimilikinya seumur hidupnya. Melalui  kehadirannya sebagai "Sonowi" Gereja Katolik di bawah penyertaan Tuhan Yesus sendiri dan di dalam bimbingan Roh Kudus, banyak jiwa berhasil terselamatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun