Untuk mengafirmasi poin pertama ini, secara doktrinal, Magisterium Gereja Katolik bepandangan bahwa setiap orang yang dibaptis mengambil peran dalam tiga tugas Kristus: imam, nabi dan raja (bdk. KGK. 783). Tiga tugas ini merupakan konsekuensi logis bagi setiap orang, baik secara personal maupun komunal, yang telah dibaptis dan menyebut dirinya pengikut Kristus (Kristen). Dengan mengemban ketiga tugas ini, Pastor Yustinus mengambil bagian di dalam karya keselamatan.
- Imam
Tugas mulia Gereja yang hadir di dunia ini yang pertama-tama adalah tugas imamat. Tugas imamat berhubungan dengan pengudusan. Ada dua jenis tugas imamat: imamat khusus dan imamat umum. Imamat khusus diemban oleh orang-orang pilihan yang diangkat dan ditahbiskan menjadi imam. Dengan menjadi imam, secara otomatis tugas menguduskan melekat dalam diri Pastor Yustinus melalui rahmat imamat yang diterimanya. Â
- NabiÂ
Selama hidup dan bekarya, Tuhan Yesus Kristus memaklumkan Kerajaan Allah dengan kesaksian hidup maupun kekuatan Sabda-Nya. Tugas kenabian yang diemban Yesus merujuk pada tindakan profetis; menjadi penyambung lidah Allah. Mewartakan karya penyelamatan Allah melalui berbagai sarana. Tugas kenabian yang diemban Pastor Yustinus telah dialami oleh umat yang dilayaninya. Tanpa takut dan ragu, dengan tegas dan lantang ia menolak segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di tengah umatnya. Â
- Raja
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes secara implisit menguraikan maksud tugas rajawi: "Kegembiaraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga" (GS, art.1).
Ini merupakan tugas dari Gereja yang mengungkapkan solidaritas kepada semua manusia dan alam ciptaan. Dalam mengemban tugas ini, Pastor Yustinus sudah membuktikannya dengan kemampuannya mengorganisir tim pastoral dan umatnya; mendiskusikan persoalan-persoalan sosio-pastoral secara bersama lalu mengambil kebijakan-kebijakan strategis.
Kedua, beliau mau konsekuen dengan segala tanggungjawab yang diembannya sebagai imam, Jantung Hati Tuhan Yesus (St. Yohanes Maria Vianney). Konsekuensi dari mengikuti Yesus adalah "Salib" (bdk. Luk.9:23). Menyangkal diri, memanggul salib dan mengikuti Dia setiap hari serta mengimplementasikan perintah Yesus "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat. 28:19-20).
Semua tanggungjawab ini dilaksanakan dengan setia. Bahkan beliau sangat jarang bepergian ke luar dari tempat pelayanannya. Ia selalu ada dan hadir di tengah umatnya; mengunjungi umat di stasi-stasi yang jaraknya sangat jauh dan harus melewati gunung terjal, hutan rimba, kali, longsoran tanah, bebatuan tajam, dan berbagai kemungkinan resiko buruk yang kapan saja dapat menerkamnya.
Ketika konflik bersenjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat -- Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dan Militer Indonesia (TNI/Polri) mulai mencuat hingga mengakibatkan pengungsian besar-besaran, beliau bersama tim pastoral tetap berada di pastoran dan menampung seluruh pengungsi. Ia hadir dan besolider dengan umatnya. Ia tidak meninggalkan umatnya sendiri. Â
Satu pesan penting yang dititipkan Pastor Yustinus di tengah wawancara pagi itu sangat menggugah hati saya, "Frater, kalau nanti jadi pastor, sekalipun kau tidak berbuat apa-apa di parokimu, minimal kau ada di pastoran, supaya umat merasa bahwa gembala mereka ada bersama mereka". Â
Rendah Hati
Saya pikir siapapun yang mengenal sosok seorang Yustinus Rahangiar tentu sepakat mengatakan bahwa beliau adalah seorang imam yang rendah hati. Â Secara pribadi saya melihat sikap itu ketika secara halus beliau menolak menuliskan biografinya. Secara pribadi, saya tidak habis pikir, seorang imam yang telah banyak berkorban untuk umat di dekenat Moni-Puncak mengatakan "saya tidak telalu berbuat banyak untuk tanah dan dekenat ini". Bagi saya, ini sebuah makna kerendahan hati yang mendalam yang ditunjukkan oleh Pastor Yustinus.