Cogito ergo sum yang dicetuskannya sendiri adalah ungkapan yang selalu menghiasi kehidupan Descartes dalam memandang realitas. Ia menegaskan dirinya yang ada dengan berpikir. "Saya berpikir maka saya ada". Kegiatan berpikir menandakan kenyataan diri manusia yang sungguh ada. Cara berpikir menyangsikan realitas bertujuan untuk mengungkapkan kepastian yang terdapat pada realitas yang dicerap oleh pancaindra.
Metode kesangsian Rene Descartes selalu mengarahkan manusia kepada keraguan terhadap segala sesuatu. keraguan ini membuatnya menjadi subyek yang berpikir dan itu menandakan bahwa dirinya ada. Pemikirannya ini digerakan oleh keraguan terhadap realitas yang ada bahkan ia meragukan keberadaannya sendiri.
Cara berpikir Descartes menjadi jalan untuk membuktikan bahwa Tuhan itu sungguh ada. Ia berpendapat bahwa 'sebab' harus lebih besar, sempurna, dan baik daripada 'akibat'. Baginya, Tuhan adalah makhluk yang sempurna dan tak terhingga
Selama hidupnya ia terus melakukan pencariannya tentang sesuatu yang telah diyakini sebagai kebenaran. Ia menggunakan metode kesangsian sebagai sarana untuk membuktikan eksistensi Tuhan. Kesangsian ini didasarkan pada pengalamannya pada saat ia bermimpi bahwa tangannya terbakar padahal sebenarnya tidak. Selanjutnya, ia juga menyangsikan kepastian matematis. Baginya kepastian semacam ini amat tergantung pada struktur pemikiran.[11] Â
Ia ingin menjelaskan bahwa segala pengetahuan manusia tidak bisa terlepas dari kesangsian. Oleh karena itu, menurutnya, metode kesangsian menjadi suatu pencarian manusia terhadap kebenaran yang pasti. Kebenaran itu didapatkan apabila manusia berani menyangsikan segala realitas dengan menggerakkan ratio dalam kerangka berpikir filsafat secara radikal.
Rene Descartes juga mengemukakan bahwa sesuatu yang lolos dari kesangsian itu dikatakan sebagai cogito ergo sum yang berarti saya berpikir maka saya ada. Inilah kebenaran yang akurat, pasti, jelas dan terpilah-pilah. Suatu kebenaran yang bervalidasi.[12] Metode kesangsian yang dikemukakan olehnya menjembatani manusia untuk memperoleh pencerahan terhadap realitas yang diyakininya.
Cogito ergo sum menjadi sarana untuk membuktikan adanya Tuhan. Dalam pencariannya itu ia berpendapat bahwa:
Jika saya berpikir maka saya ada maka saya harus mengatehui juga apa yang membuat keyakinan itu pasti. Saya perhatikan bahwa dalam dalil saya berpikir, jadi saya ada tak ada satu pun yang menjamin kebenarannya selain saya melihat dengan jelas bahwa untuk berpikir saya harus ada.Â
Kemudian, di saat saya ragu-ragu bahwa keberadaan saya tidak sempurna dan karena saya melihat dengan jelas bahwa mengetahui merupakan kesempurnaan yang lebih besar daripada keraguan, maka saya memutuskan untuk mencari dari mana saya telah belajar untuk memikirkan sesuatu yang sempurna dari pada saya . Dengan demikan saya ketahui bahwa pasti ada sesuatu yang kodratnya memang lebih sempurna.[13]
Berangkat dari pendapatnya ini, Rene Descartes ingin membuktikan bahwa adanya Tuhan terbukti dari kemampuan cara berpikir manusia tentang kesempurnaan. Kemampuan itu tidak lain memiliki penyebab yang lebih tinggi dari apa yang disebabkan. Tuhan, dalam hal ini adalah "Penyebab Yang Lebih Sempurna". Tuhan ialah sumber dari kesempurnaan itu yang memapukan manusia untuk berpikir tentang kesempurnaan.
Penutup