Mohon tunggu...
Aris Yeimo
Aris Yeimo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumnus STFT Fajar Timur Abepura - Jayapura

Mengembara dan berkelana.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hermaneutika dalam Karya Seni

7 November 2023   23:54 Diperbarui: 8 November 2023   03:32 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Gadamer, secara epistemologis, karya seni memiliki hubungan khusus dengan kebenaran. Menurutnya, pengalaman estetis pada dasarnya merupakan "modus pemahaman diri". Dengan melihat sebuah karya seni, pembaca sesungguhnya melihat dirinya sendiri. Semakin memasuki kedalaman sebuah karya seni, semakin kita meresapi relung terdalam diri kita sendiri.

Pengalaman estetis pada akhirnya adalah pengalaman tentang kebenaran eksistensial, kebenaran yang terpondasikan pada pengalaman konkrit kehidupan pembaca yang menyejarah. Karya seni terus bertumbuh-kembang di dalam pengalaman estetis pembaca. Sehingga percakapan terus-menerus dengan sebuah karya membuat karya tersebut menjadi abadi.   

Referensi

F. Budi Hardiman. 2015. Seni Memahami: Hermaneutika Dari Schleiermacher Sampai Derrida, Yogyakarta: Kanisius.

Hans-Georg. Gadamer. 1960. Truth and Method, London: Shed and Ward.

Hans-Georg. Gadamer. 2004. Truth and Method, Penerj. Ahmad Sahidah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kaelan. 2002. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

Martinho G. da Silva Gusmao. 2013. Hans-Georg Gadamer: Penggagas Filsafat Hermaneutik yang Mengagungkan Tradisi, Yogyakarta: Kanisius.

Richard E. Palmer. 2005. Hermaneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, Penerj. Masnur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun