Menurut Gadamer, secara epistemologis, karya seni memiliki hubungan khusus dengan kebenaran. Menurutnya, pengalaman estetis pada dasarnya merupakan "modus pemahaman diri". Dengan melihat sebuah karya seni, pembaca sesungguhnya melihat dirinya sendiri. Semakin memasuki kedalaman sebuah karya seni, semakin kita meresapi relung terdalam diri kita sendiri.
Pengalaman estetis pada akhirnya adalah pengalaman tentang kebenaran eksistensial, kebenaran yang terpondasikan pada pengalaman konkrit kehidupan pembaca yang menyejarah. Karya seni terus bertumbuh-kembang di dalam pengalaman estetis pembaca. Sehingga percakapan terus-menerus dengan sebuah karya membuat karya tersebut menjadi abadi. Â Â
Referensi
F. Budi Hardiman. 2015. Seni Memahami: Hermaneutika Dari Schleiermacher Sampai Derrida, Yogyakarta: Kanisius.
Hans-Georg. Gadamer. 1960. Truth and Method, London: Shed and Ward.
Hans-Georg. Gadamer. 2004. Truth and Method, Penerj. Ahmad Sahidah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kaelan. 2002. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya, Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Martinho G. da Silva Gusmao. 2013. Hans-Georg Gadamer: Penggagas Filsafat Hermaneutik yang Mengagungkan Tradisi, Yogyakarta: Kanisius.
Richard E. Palmer. 2005. Hermaneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, Penerj. Masnur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H