Mohon tunggu...
Ari Rosandi
Ari Rosandi Mohon Tunggu... Guru - Pemungut Semangat

Menulis adalah keterampilan, mengisinya dengan sesuatu yang bermakna adalah keniscayaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menikmati Hidup dalam Tiga Babak, Rahasia 8+8+8

16 Juli 2024   19:09 Diperbarui: 17 Juli 2024   07:56 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Membagi waktu. (Freepin/pvproductions)

Sambil menyeruput kopi hitam agak pekat di sore hari di teras rumah sambil memandang Gunung Salak yang terlihat jernih, terlintas dalam pikiran, "Orang-orang selalu bilang waktu adalah uang, tapi sejujurnya, saya lebih senang jika waktu adalah kopi. Santai, nikmat, dan memberi energi."

Waktu adalah sesuatu yang kita semua miliki dalam jumlah yang sama---24 jam dalam sehari, tidak lebih tidak kurang. Namun, bagaimana kita menggunakan waktu tersebut sering kali menjadi perbedaan besar antara keberhasilan dan kegagalan. 

Salah satu konsep klasik yang sering diabaikan namun tetap relevan adalah konsep 8+8+8. Tiga angka yang sederhana namun membawa arti yang dalam tentang bagaimana seharusnya kita membagi waktu untuk bekerja, beristirahat, dan menikmati hidup.

Filosofi 8+8+8

Konsep 8+8+8 bukanlah sebuah formula matematika yang rumit, melainkan sebuah prinsip dasar manajemen waktu yang telah ada sejak lama. Bayangkan hidup kita seperti sebuah kue tart yang harus dibagi menjadi tiga bagian yang sama besar seperti lingkar jam dinding, masing-masing akan mendapatkan 8 jam. 

Delapan jam pertama kita alokasikan untuk bekerja, delapan jam kedua untuk beristirahat atau tidur, dan delapan jam terakhir untuk menikmati hidup---mengembangkan diri, bercengkerama dengan keluarga, atau sekadar bersantai.

"Waktu bekerja seperti memahat patung---perlu ketelitian dan konsentrasi. Waktu beristirahat seperti merawat tanaman---perlu kelembutan dan kesabaran. Sedangkan waktu bersantai, ah, buat saya itu seperti menikmati secangkir kopi di sore hari---tak perlu terburu-buru.

Delapan Jam untuk Bekerja: Produktivitas tanpa Stres

Kita sering mendengar bahwa kesuksesan membutuhkan kerja keras. Namun, kerja keras tanpa arah hanya akan membawa kita kelelahan. Di sinilah pentingnya konsep delapan jam kerja. Saat-saat seperti ini, kita dituntut untuk fokus dan produktif. Ingatlah, bekerja keras itu baik, tetapi bekerja cerdas jauh lebih baik.

Konsep manajemen waktu bukan cuma soal seberapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam sehari, dua hari, tetapi bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan penting tanpa mengabaikan aspek lain dalam hidup.

Dalam dunia yang penuh distraksi seperti sekarang, menjaga fokus menjadi tantangan tersendiri. Saya coba sarankan untuk menggunakan teknik Pomodoro, dimana kita bekerja intens selama 25 menit kemudian beristirahat selama 5 menit. Jangan lupa juga untuk menyisipkan humor dalam bekerja. Tertawa bisa jadi obat mujarab untuk mengusir stres.

Suatu hari, seorang teman Pak Bejo, sebut saja Anto namanya, menceritakan betapa pusingnya dia dengan pekerjaannya yang menumpuk. "Cobalah bekerja seperti kamu makan rujak, To. Nikmati satu suap demi satu suap, jangan langsung disuap semua, nanti malah tersedak karena pedas," begitu kata Pak Bejo.

Seperti kata Kahlil Gibran dalam Sang Nabi, Jika engkau tidak bisa bekerja dengan cinta

tapi hanya dengan keengganan,

lebih baiklah jika engkau meninggalkan pekerjaanmu,

duduklah di gerbang candi

dan menerima sedekah dari orang-orang

yang bekerja dengan sukacita.

Delapan Jam untuk Beristirahat: Mengisi Energi

Tidur adalah kebutuhan dasar manusia yang sering kali diremehkan. Banyak orang mengorbankan tidur demi mengejar ambisi dan impian. Namun, apa gunanya mencapai puncak jika tubuh dan pikiran kita sudah hancur di tengah jalan?

"Jangan sampai kamu jadi seperti ponsel yang kehabisan baterai di tengah presentasi penting," begitu kata Pak Bejo. "Istirahat itu penting, seperti halnya mengisi ulang baterai."

Cobalah untuk mendapatkan delapan jam tidur yang berkualitas setiap malam. Buatlah ritual tidur yang nyaman, seperti membaca buku atau mendengarkan musik yang menenangkan. Hindari gadget satu jam sebelum tidur karena cahaya biru dari layar bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu kita tidur.

Pepatah mengatakan bahwa tidur adalah saudara dari kematian. Tapi, ya jangan takut, tidur yang cukup justru bisa memperpanjang hidup.

Delapan Jam untuk Menikmati Hidup: Mengisi Hari dengan Makna

Bagian terakhir dari konsep 8+8+8 adalah yang paling menyenangkan---waktu untuk diri sendiri atau sering disebut me time. Ini adalah waktu di mana kita bisa melakukan apa saja yang kita sukai tanpa merasa bersalah. Mungkin ini waktu untuk hobi, belajar hal baru, berkumpul dengan keluarga, atau sekadar leyeh-leyeh di teras rumah atau sisi eksotis tempat tinggal Anda.

Dalam hidup, keseimbangan adalah kunci. Bekerja keras itu penting, tetapi menikmati hidup juga tak kalah penting. Jangan sampai Anda lupa caranya bahagia hanya karena terlalu sibuk mengejar ambisi.

Sewajarnya kita harus selalu percaya bahwa hidup ini harus dinikmati. Misal dengan sering menghabiskan waktu di sore hari dengan minum kopi sambil membaca buku yang ringan-ringan pembahasannya, atau mengajak anak berjalan-jalan di taman. 

Kita ini seperti semut yang terus bekerja tanpa henti. Padahal, kalau semut saja tahu kapan harus berhenti dan menikmati remah-remah makanan, kenapa kita tidak?

Ada sebuah pepatah yang bilang, waktu adalah uang. Tapi, kalau dipikir-pikir, uang yang hilang masih bisa dicari, sementara waktu yang hilang tak akan pernah kembali.

Kalau Anda terus-terusan bekerja tanpa henti, mungkin Anda akan jadi kaya raya. Tapi, ingatlah, kuburan tak punya brankas. Ketika mati nanti, yang dibawa bukanlah harta, tapi kenangan dan kebahagiaan yang Anda bagi dengan orang-orang tercinta.

Mengambil Pelajaran dari Hidup Sederhana

Hidup ini sebenarnya sederhana, seperti filosofi kopi yang hitam dan pahit, tapi memberi kita energi. Jangan terlalu rumit memikirkan segala hal. Fokuslah pada hal-hal penting, jaga keseimbangan, dan jangan lupa menikmati setiap momen.

Dengan konsep 8+8+8, kita diingatkan untuk menjaga keseimbangan antara bekerja, beristirahat, dan menikmati hidup. Mungkin terlihat sederhana, namun dalam kesederhanaan itulah terdapat kebijaksanaan yang mendalam. Hidup ini adalah perjalanan, bukan perlombaan. Nikmatilah setiap langkah, karena setiap langkah itu berharga.

Jika hidup adalah secangkir kopi, biarlah setiap teguknya memberi makna. Jangan biarkan kesibukan membuatmu lupa untuk merasakan manis-pahitnya hidup di dunia. Tak perlu rumit, cukup dengan mengikuti irama 8+8+8, kita bisa menjalani hidup dengan lebih seimbang, bahagia, dan bermakna. 

Jadi, mari kita mulai hari ini dengan secangkir kopi dan senyuman, karena hidup adalah tentang menikmati setiap detik yang kita miliki dan jalani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun