Mohon tunggu...
Dimas Wibisono
Dimas Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Akademisi di salah satu universitas di Riyadh, Arab Saudi

Lahir, membesar dan sekolah di Yogyakarta. Sampai kini masih belajar sambil mengajar di lingkungan pendidikan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menguji Ketangguhan Wuling Almaz

10 Juli 2022   22:04 Diperbarui: 10 Juli 2022   22:27 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan Istana Maimoon, Medan, 7 Juni 2022/dokpri

Baru-baru ini saya sekeluarga melakukan perjalanan darat dari Yogyakarta ke Banda Aceh pergi pulang, jarak tempuh total sekitar 6000 kilometer dalam waktu 18 hari, menggunakan mobil Wuling Almaz RS Pro keluaran tahun 2021. Berikut ini laporan singkat tentang performa Wuling Almaz selama menempuh perjalanan tersebut.

Rute dan Jadwal Perjalanan

 

Saya mengawali perjalanan ke arah Banda Aceh melalui Jalan Tol Trans Jawa (Yogya - Bawen -  Jakarta - Merak), disambung Jalan Tol Trans Sumatra (Bakauheni - Bandar Lampung - Palembang),  kemudian jalur lintas timur (Jalintim) Sumatra (Palembang - Jambi - Pekanbaru - Duri - Kisaran - Tebing Tinggi), Jalan Tol Tebing Tinggi - Kualanamu - Medan, Jalan Tol Medan - Binjai - Stabat, dilanjutkan melalui jalur lintas Sumatra ke Lhokseumawe - Sigli, dan Jalan Tol Sigli - Banda Aceh (belum selesai seluruhnya).

Perjalanan pulang menyusuri pantai barat Sumatra (Banda Aceh - Meulaboh - Tapak Tuan - Sibolga - Padang Sidempuan - Bukittinggi - Padang - Painan - Tapan - Bengkulu - Manna - Krui - Kota Agung - Talang Padang - Bandar Lampung, Jalan Tol Trans Sumatra (Bandar Lampung - Bakauheni), selanjutnya Jalan Tol Trans Jawa (Merak - Jakarta - Bawen) kembali ke Yogya.

Perjalanan ke Banda Aceh ditempuh dalam waktu 10 hari, berangkat dari Yogya Senin pagi 30 Mei, sampai di Banda Aceh Rabu malam 8 Juni. Beberapa kali menginap untuk beristirahat sambil bersilaturahmi di rumah kawan, saudara atau hotel setempat di Jakarta, Palembang (Sumatra Selatan), Indragiri Hulu & Pekanbaru (Riau), Labuhan Batu Selatan & Medan (Sumatra Utara), Lhokseumawe & Banda Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam, NAD).

Pejalanan kembali ke Yogya ditempuh dalam waktu 6 hari, berangkat dari Banda Aceh Sabtu siang 11 Juni, sampai di Yogya Kamis malam 16 Juni, dengan titik penginapan di Blang Pidie (Aceh), Padang Sidempuan (Sumatra Utara), Padang (Sumatra Barat), dan Bengkulu (Bengkulu). Total jarak tempuh Yogya - Banda Aceh - Yogya 6030 kilometer dalam waktu 18 hari (30 Mei sd 16 Juni), menghabiskan bbm (Pertamax 92) 500 liter, biaya tol Rp1.550.000,- dan ongkos penyeberangan (ferry) Rp1.672.000,- (termasuk penyeberangan ke Pulau Sabang, penumpang saja tanpa mobil).

Kondisi Jalan dan Lalu-lintas

 

Kondisi jalan dan lalu-lintas di Jalan Tol Trans Jawa antara Bawen - Jakarta - Merak tentu sudah banyak yang tahu, sehingga tidak perlu lagi saya ceritakan disini. Memasuki Jalan Tol Trans Sumatra sejak dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni hingga Palembang, cukup banyak bagian jalan beton yang rusak dan sedang dalam perbaikan. 

Meskipun kondisi lalu-lintas cukup lengang dibandingkan dengan Jalan Tol Trans Jawa, kita tidak dapat mengembangkan kecepatan konstan antara 80 - 100 km/jam, karena tiap sebentar jalan menyempit dari 2 jalur menjadi 1 jalur pada bagian yang sedang diperbaiki. Pada setiap jarak 20 - 40 kilometer terdapat tempat istirahat (rest area) tetapi beberapa diantaranya masih belum tertata rapi, dengan fasilitas yang terkesan seadanya.

Jalan Tol Trans Sumatra yang sudah beroperasi baru ada beberapa ruas, diantaranya ruas Bakauheni - Terbanggi Besar - Palembang (463 km), Palembang - Indralaya (22 km), Pekanbaru - Duri - Dumai (131 km), Medan - Kualanamu - Tebing Tinggi (62 km), Medan - Binjai - Stabat (25 km), Belawan - Medan (24 km), Sligi - Banda Aceh (30 km). Hampir seluruhnya masih berupa konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement atau beton semen). Sedikit sekali yang sudah dilapis aspal. 

Kelebihan beton semen dibandingkan dengan beton aspal adalah visibilitas (keterlihatan) yang lebih baik pada malam hari atau cuaca hujan, struktur yang lebih kuat dan tahan lama meskipun dengan perawatan minimal, lebih tahan terhadap air. Kekurangannya adalah kualitas pengendaraan lebih rendah (kasar), suara bising dari roda, membuat mata cepat lelah terutama pada siang hari ketika cuaca panas terik, dan biaya konstruksi (investasi awal) yang lebih tinggi.

Dari beberapa ruas itu hanya ruas Bakauheni - Terbanggi Besar - Palembang yang kerusakannya cukup parah dan sangat mengganggu perjalanan. Padahal ruas tersebut relatif masih baru. Selebihnya, sekalipun ada bagian yang rusak, tidak terasa terlalu menganggu. Hanya saja pada ruas Tebing Tinggi - Kualanamu - Medan - Binjai - Stabat sepanjang hampir 100 kilometer sama sekali tidak ada 'rest area'. Demikian pula pada ruas Sigli - Banda Aceh, papan informasi lokasi 'rest area' sudah ada, tapi fasilitasnya belum ada yang siap.

Keluar dari jalan tol di Palembang, memasuki ruas jalan nasional atau jalan propinsi di wilayah Sumatra Selatan, Jambi, Riau dan Sumatra Utara, kondisi jalan terlihat tidak semulus jalan-jalan utama di Pulau Jawa pada umumnya. 

Sebagian perkerasan masih berupa macadam, bukan beton aspal (hot-mix), cukup sering terdapat lubang disana-sini, kadang cukup lebar dan dalam, tanpa marka pembatas (cat putih menerus atau putus-putus) di tengah (batas jalur antar kedua arah) atau kanan dan kiri (batas bahu jalan), dan rambu-rambu lalu-lintas kurang lengkap. 

Demikian juga lampu penerangan jalan terasa kurang memadai, sekalipun di wilayah perkotaan, sehingga untuk perjalanan malam hari harus extra hati-hati, lampu kendaraan harus cukup kuat. Papan penunjuk arah sebagian besar tidak mengikuti standar (ukuran huruf terlalu kecil, dipasang terlalu tinggi, tanpa lampu penerangan), sehingga menyulitkan untuk dibaca, terutama pada malam hari.

Kondisi permukaan jalan, marka dan rambu lalu-lintas seperti diatas hampir serupa dengan keadaan di propinsi yang lain (Bengkulu, Lampung, Sumatra Utara). Jalan-jalan di propinsi Jambi dan Riau umumnya kondisinya lebih baik, dan paling bagus adalah jalan-jalan di propinsi NAD dan Sumatra Barat. Hampir seluruh ruas jalan nasional atau jalan propinsi yang kami lewati di kedua propinsi terakhir ini kondisinya mulus dan lebarnya cukup.

Berbicara mengenai kondisi lalu-lintas, umumnya Jalan Tol Trans Sumatra kurang padat dibandingkan dengan Jalan Tol Trans Jawa. Sebagian mungkin karena belum seluruh ruas jalan tol tersambung, sebagian besar dari 'rest area' belum siap, ada kerusakan konstruksi yang cukup parah, misalnya seperti di ruas Bakauheni - Palembang, dan lain-lain, sehingga mayoritas pengemudi kendaraan, terutama truck pengangkut barang, lebih memilih memanfaatkan jalan lama (Jalan Lintas Sumatra) yang bagi mereka barangkali terasa lebih nyaman.

Mayoritas kendaraan umum (truck berat dan bus besar) dari dan ke Sumatra mengambil rute lintas timur (Bandar Lampung - Palembang - Jambi - Pekanbaru - Medan - Banda Aceh) atau lintas tengah (Padang - Muara Bungo - Lubuk Linggau - Tanjung Enim - Baturaja - Kotabumi - Bandar Lampung. Hanya sebagian kecil, utamanya truck ringan dan bus kecil (travel van) mengambil rute lintas barat (Banda Aceh - Meulaboh - Tapak Tuan - Sibolga; Padang - Bengkulu - Krui - Kota Agung - Bandar Lampung). 

Dengan demikian mengemudi di lintas barat, menyusuri pantai dari Aceh sampai ke Lampung, dengan pemandangan alam pantai yang indah, terasa lebih santai dan mengasyikkan.

Suasana persekitaran (interaksi dengan kendaraan lain, interaksi dengan penduduk lokal, sesama pendatang atau pelaku perjalanan, dan lain-lain) terasa ada bedanya. Di sepanjang perjalanan antara Palembang - Jambi - Pekanbaru - Medan terasa agak 'sangar' sehingga membuat kami was-was, terutama kalau misalnya sampai terjadi 'crash' (bersenggolan) dengan kendaraan lain. 

Terbayang bahwa penyelesaiannya tidak cukup mudah dan sederhana, akan tetapi memakan waktu, biaya dan mungkin juga perasaan. Sebaliknya begitu memasuki wilayah Aceh, suasana kebatinan berubah drastis, seketika menjadi tenang dan damai, seolah kami sedang melakukan perjalanan lokal di kota kelahiran saya sendiri (Yogyakarta). Kemungkinan karena itulah ada yang menjuluki Aceh sebagai 'Serambi Mekkah'.

Di depan Istana Maimoon, Medan, 7 Juni 2022/dokpri
Di depan Istana Maimoon, Medan, 7 Juni 2022/dokpri

Performa Wuling Almaz

 

Secara keseluruhan performa Wuling Almaz RS Pro yang kami gunakan dalam perjalanan ini sangat memuaskan. Hampir tidak ada keluhan yang sampai mengganggu kelancaran dan kenyamanan perjalanan. 

Suspensinya cukup dapat meredam getaran akibat permukaan jalan yang tidak rata. Beberapa kali ban kiri atau kanan, depan atau belakang, menghantam lubang yang cukup lebar dan dalam pada kecepatan cukup tinggi, karena lubang itu tidak terlihat, terutama pada malam hari, bodi tetap kokoh dan tegar. Kesimpulan saya kaki-kaki cukup kuat.

Meskipun kapasitas mesin hanya 1500 cc, dengan adanya sistem turbo, mampu memberi tenaga cukup pada segala kondisi, bahkan untuk start dari posisi diam pada jalan yang menanjak tajam. 

Sangat sering mobil dalam posisi antri di tanjakan yang cukup terjal, kondisi pengendaraan 'stop and go' karena jalanan sedang macet, sama sekali tidak ada kendala. Kekhawatiran bahwa sistem transmisi CVT kurang tenaga di tanjakan sama sekali tidak terbukti. 

Dalam hal ini keberadaan fungsi 'Auto Hold' sangat membantu agar kendaraan tidak tergelincir saat start pada jalan menanjak. Demikian juga rem parkir elektronik (electronic parking brake), sebagai pengganti rem tangan, sangat praktis dan mudah dioperasikan.

Mobil ini dilengkapi dengan ADAS (Advanced Driver Assistance System) yang mampu menjaga mobil tetap didalam jalur dalam jarak aman dengan kendaraan didepan. 

Dikombinasikan dengan 'cruise control' (untuk mengatur agar mobil melaju dengan kecepatan konstan), fitur ini sangat membantu jalannya mobil tetap stabil dan terkendali sekalipun, misalnya, pengemudinya agak sedikit lelah atau mengantuk. Yang belum terbiasa memanfaatkan kecanggihan sistem ini memang merasa sedikit canggung. Tapi kalau sudah terbiasa baru akan menyadari bahwa sistem in sangat membantu agar tugas mengemudi menjadi lebih ringan sementara tingkat keselamatan meningkat.

Pengaturan jauh-dekat pada lampu depan (headlight) dapat distel otomatis, sehingga pengemudi tidak perlu berulang-kali menurunkan lampu (dim) ketika berpapasan dengan kendaraan lain, dan memasang lampu tinggi kembali ketika jalan didepan kosong. Kebanyakan pengemudi seringkali lupa menurunkan lampu sehingga membuat silau pengemudi kendaraan yang berlawanan arah. 

Sistem ini pun cukup canggih, mampu mendeteksi intensitas cahaya di persekitaran kendaraan, dan akan otomatis menghidupkan lampu depan bila pencahayaan kurang (sore menjelang malam atau ketika memasuki terowongan) atau sebaliknya mematikan lampu depan bila kondisi cahaya cukup (malam memasuki pagi atau ketika keluar dari terowongan).

Meskipun tidak berhubungan langsung dengan manuver kendaraan, keberadaan 'voice command' (perintah lisan) untuk menjalankan berbagai fasilitas berkendara (membuka dan menutup kaca jendela atau atap, menyalankan pendingin udara dan mengatur suhu didalam kabin, menghidupkan dan mematikan lampu, radio, dan lain-lain) sangat membantu pengemudi dan penumpang kendaraan untuk menciptakan suasana perjalanan yang menyenangkan. 

Kemudian bagi anda yang terbiasa mengemudi sambil mengikuti petunjuk navigasi google maps dari handphone yang layarnya kecil, mobil ini mempunyai sistem navigasi bawaan dengan layar lebar dan akurasi yang tinggi, dan petunjuk suara berbahasa Indonesia, sangat mudah diikuti, menghindarkan kemungkinan anda 'diantar' ke alamat yang salah.

Untuk keperluan parkir presisi (ruang sempit dan terbatas), keberadaan 'kamera 360' sangat membantu pengemudi untuk dapat melihat benda-benda dan posisinya masing-masing di sekeliling kendaraan, yang tampak jelas dalam 'pandangan atas'. Hal ini membuat pengemudi lebih percaya diri dalam memposisikan kendaraannya, sekalipun tidak ada orang lain (tukang parkir) yang mengarahkan.

Konsumsi bbm (Pertamax 92) berkisar antara 6,18 km/liter (saat terjebak macet berat berkepanjangan di Jambi pada 1 Juni 2022) sampai dengan 12,50 km/liter (jalanan mulus dan sepi antara Lhokseumawe sampai dengan Banda Aceh pada 8 Juni 2022), dengan konsumsi rata-rata 12 km/liter (total jarak tempuh 6030 km, total konsumsi bbm 500 liter). Saya menghitung pemakaian bbm dengan cara 'full-to-full', maksudnya setiap kali mengisi tanki bbm selalu sampai penuh, dan posisi odometer dicatat. 

Dari sini dapat langsung dihitung berapa kilometer jarak yang sudah ditempuh, berapa liter bbm yang sudah dikonsumsi, dan berapa km/liter konsumsi bbm pada ruas jalan yang bersangkutan. Menurut saya hasilnya wajar, tidak boros, mengingat ukuran dan bobot mobil sekelas Wuling Almaz, dengan muatan penuh.  

Tak ada gading yang tak retak, begitulah kata pepatah. Mobil inipun tentu tak luput dari kekurangan, akan tetapi hal tersebut tidak sampai mengurangi keceriaan kami selama menempuh perjalanan panjang ini (6000 km dalam 18 hari). Beberapa kekurangan kecil itu diantaranya sebagai berikut:

1) Fungsi 'auto dim' (lampu rendah ketika berpapasan dengan kendaraan lain) adakalanya tidak berjalan, tetapi hanya pada satu malam itu saja (Rabu 1 Juni 2022), pada malam-malam selanjutnya kembali normal.

2) Sistem navigasi sedang diperlukan, tiba-tiba berubah arah seperti akan kembali ke destinasi sebelumnya. Terus menerus selama beberapa puluh menit, kalau tidak 'diluruskan' (destinasi baru diset ulang) 'Mbak Wuling' selalu meminta kita melakukan u-turn di SPBU terdekat di depan.

3) 'Voice guidance' (pertunjuk suara pada sistem navigasi) kurang pas membacakan informasi di peta, misalnya SPBU nomor 14.241.437 akan dibaca 'empat belas juta dua ratus empat puluh satu ribu empat ratus tiga puluh tujuh', akan lebih pas kalau dibaca 'satu empat dua empat satu empat tiga tujuh', lebih sederhana dan tidak membuat yang mendengar mengernyitkan dahi.

4) Sistem 'voice command' (perintah menggunakan suara) biasanya diaktifkan dengan memanggil 'Hallo Wuling', setelah sistem menjawab 'Hallo', baru kita bisa 'menyuruh' melakukan sesuatu, misalnya 'turunkan suhu dua derajat'. Tidak sering, tapi yang jelas lebih dari dua kali selama perjalanan ini, tidak ada seorangpun yang 'membangunkan', tiba-tiba sistem itu hidup sendiri langsung menyapa 'Hallo, saya tidak faham, mohon diulangi'.

5) Sampai dengan Kamis malam 9 Juni 2022 AC masih berfungsi normal, tapi pada hari itu kami geber penuh dari pagi sampai malam karena udara panas sekali (suhu diset minimum 17 derajat Celsius, blower kecepatan penuh). Paginya AC tidak mau hidup. Ketika dicheck di bengkel Wuling, relay minta diganti, dengan biaya Rp50.000,- untuk suku-cadang dan tenaganya. 

Selanjutnya bisa berfungsi normal kembali. Tapi sejak saat itu kami tidak pernah lagi memaksakan AC bekerja pada kemampuan maksimum. Biasanya suhu kabin kami set 5-7 derjat lebih rendah dari suhu diluar kendaraan, blower pada kecepatan 2 atau 3 saja, sebagai antisipasi jangan sampai kejadian serupa terulang lagi

Demikianlah beberapa kekurangan yang saya yakin dapat diperbaiki dengan mudah. Mungkin pemilik Wuling lama cukup mengunjungi bengkel untuk melakukan 'system update' setiap beberapa bulan sekali apabila ditemukan kekurangan yang lain. Pada akhirnya sistem itu akan menjadi semakin lengkap dan mantap. 

Betapapun, saya sudah sangat puas dengan capaian performa Wuling sampai dengan ketika ini. Kalau ada rezeki lagi saya akan melanjutkan perjalanan menjelajah nusantara dengan mobil yang sama, kemungkinan besar dengan jarak tempuh lebih jauh dan waktu lebih lama, karena sudah percaya pada ketangguhan produk Wuling, khususnya Wuling Almaz.

Kilometer Nol Sabang, 10 Juni 2022/dokpri
Kilometer Nol Sabang, 10 Juni 2022/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun