Sebagai anak Abu Thalib yang secara materi sangat kekurangan dan ditempa dengan tauladan ayahnya yang berakhlak mulia dan terhormat,telah membentuk Ali mempunyai watak yang lebih mementingkan aspek spiritual sehingga sepanjang sejarahnya Ali lebih bnerkosentrasi pada perjuangan menegakkan Islam,keagamaan dan keilmuan tanpa menoleh sedikitpun pada aspek duniawi.
Masa pemerintahannya berlangsung selama 5 tahun,dari 36-41 H (656-661 M). Pengangkatannya sebagai khalifah tidak dilaksanakan sebagaimana yang telah dialami oleh khalifah-khalifah sebelumnya,hal ini disebabkan karena Usman tidak sempat menunjuk pengganti atau membentuk dewan formatur untuk memilih khalifah.
Menurut Munawir Syadzali,setelah pembunuhan Usman,kota Madinah dalam kondisi yang sepi dan kosong karena banyak ditinggal oleh para sahabat ke wilayah yang baru ditaklukkan diperparah oleh tidak amannya kota,sehingga keamanan dikendalikan oleh Ghafiqy ibn Harb selama 5 hari.Â
Sedikit para sahabat yang masih tinggal di kota Madinah dan tidak semuanya mendukung Ali,seperti Sa'ad ibn Abi Waqqash dan Abdullah ibn Umar. Mu'awiyah Amr ibn 'Ash serta Aisyah menganggap tidak sah dengan pembai'atan Ali sebagai khalifah karena tidak semua ahli al halli wa al aqdi hadir saat pembai'atannya.
Peristiwa tahkim yang semula diharapkan dapat mengakhiri peperangan di antara kaum Muslim,namun kenyataanyya dengan penurunan Ali dan menaikkan Mu'awiyah membuat kedudukan Mu'awiyah sejajar dengan khalifah Ali dan menyulut pertikaian baru,dengan munculnya kelompok khawarij,orang-orang yang keluar dari barisan Ali dan menegaskan ketidak setujuannya terhadap tahkim,bahkan berusaha membunuh Ali dan Mu'awiyah,karena keduanya tidak berhukum pada hukum Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H