dalang G30S/PKI.Â
Sudah 55 Tahun sejak peristiwa itu terjadi, kabut misteri masih mengganjal di persoalan siapaPembunuhan terhadap enam jenderal dan seorang perwira pertama TNI itu harus 'dibayar' dengan jutaan nyawa rakyat Indonesia.
Pembantaian besar-besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur pasca operasi Gestapu (Gerapakan 30 September) sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari persepsi traumatis golongan Islam dan Nasionalis terhadap kaum Komunis yang membantai mereka usai PKI menguasai wilayah Madiun di Jawa Timur pada September 1948.
Itu menjadi alasan kuat dilakukannya operasi oleh Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk membasmi Gestapu di kalangan militer.
Kita perlu mengingat, selang waktu antara Gestapu dengan peristiwa pemberontakan Madiun hanya berselang 17 tahun saja.
Tentu saja ingatan masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur terhadap kekejaman komunis di Madiun pada 1948 itu masih terbayang ketika Gestapu akhirnya terjadi pada September 1965.
Saat itu banyak orang yang pernah mengalami peristiwa Madiun sangat ketakutan jika Gestapu akhirnya menang.
Dengan latar belakang itulah akhirnya mereka umumnya bertekad dengan pemikiran: "Dibunuh atau membunuh terlebih dahulu."
Perhitungan faktor traumatis tersebut bisa menjadi salah satu latar belakang terjadinya pembantaian besar-besaran pengikut PKI--saya sebut sebagai tragedi Genosida---atau yang dituduh PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada masa itu.
Lantas siapa sebenarnya dalang di balik Gestapu?
Tidak bosan rasanya untuk mengkampanyekan versi sejarah tentang dalang di balik Gestapu. Ada 5 pendapat yang saya ketahui saat ini, jika pembaca ada pendapat yang lain ya silahkan saja.
Pertama menurut pemerintah Orde Baru, dalang di balik Gestapu adalah PKI sendiri.
Kedua menurut PKI dan ahli Indonesia di Cornell University, dalang di balik Gestapu adalah pertentangan internal Angkatan Darat.
Ketiga menurut Peter Dale Scott penulis buku 'CIA dan Penggulingan Bung Karno' menyebut CIA merupakan dalang di balik Gestapu.
Keempat menurut Wertheim, seorang Ilmuwan Belanda yang mendalami perubahan sosial Indonesia, menyebut Soeharto-lah yang menjadi dalang di balik Gestapu.
Terakhir, menurut Presiden Soekarno yang menyebut dalang di balik Gestapu adalah PKI, Tentara, dan Nekolim.
Tentu semua versi itu mempunyai alasan dan kesaksian yang membuktikan argumentasinya. Jika pembaca selama ini hanya percaya pada versi yang pertama, berarti Anda mengamini versi sejarah yang dibuat oleh pemenang pada saat itu yakni Orde Baru yang dikomandani oleh Soeharto dan para pendukungnya.
Mengutip Majalah Tempo, ternyata versi resmi pemerintah Orba ini didukung oleh beberapa penulis dan peneliti, salah satunya Guy J Pauker. Dalam dua artikel panjang yang ia tulis, menyimpulkan Gestapu adalah puncak gerakan ofensif revolusioner PKI. Gerakan ini sudah dipersiapkan sebelum isu Dewan Jenderal memuncak.
Memercayai pendapat tersebut tentu sah-sah saja, tidak salah namun juga tidak benar. Tidak salah karena itu hak pribadi untuk menjadikan versi mana yang dijadikan kiblat sejarah. Namun juga tidak benar, pikiran tertutup (close minded)Â terhadap penemuan fakta sejarah lainnya.
Karena tidak semua peneliti sepakat dengan teori PKI maupun Soekarno sebagai dalang di balik peristiwa Gestapu. Benedict Anderson dan Ruth McVey, dua ahli Indonesia asal Universitas Cornell, Amerika Serikat menyimpulkan PKI tidak terlibat sama sekali dalam Gestapu.
Gestapu merupakan persoalan internal di kalangan Angkatan Darat. Pada saat-saat terakhir ada yang memancing supaya PKI terseret.
Monografi itu terbit setahun pasca Gestapu. Konon para analisis belum ingin mempublikasikannya sebagai hasil akhir.
Namun usai terbit, makalah itu menghebohkan dunia karena hampir sama dengan versi PKI dan agak sejalan dengan kelompok kiri Eropa,
Penggerak kelompok kiri Eropa adalah Profesor WF Wertheim, dalam tulisannya berjudul "Suharto and the Untung Coup the Missing Link", ia berkesimpulan Angkatan Darat-lah yang melakukan kudeta. Ia meragukan keterlibatan PKI karena PKI sudah di ambang kekuasaan.
Bahkan menurutnya, Soeharto melakukan kudeta dengan merangkak memanfaatkan Syam Kamaruzzaman---ketua khusus Biro PKI--yang diduga agen rangkap.
Dan masih banyak sekali versi sejarah tentang Gestapu atau G30S/PKI yang tidak tertulis di sini.Â
Dengan demikian, sebagai pembaca yang budiman, semestinya Anda bisa menelaah semua versi dengan saksama tanpa memberikan pembenaran apapun. Sebab kita sama-sama tidak mengetahui ada rencana apa di balik peristiwa berdarah ini.
Sumber: Salim Said, "Dari Gestapu ke Reformasi (2013)"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H