Akan tetapi, dimana ngopi telah berubah alat sebagai ajang gengsi bagi orang-orang yang tidak mengetahui hakekat ngopi itu sendiri. Kopi itu ada dua hal yang harus diketahui, kopi untuk dinikmati atau kopi untuk ajang gengsi.
Gengsi itulah yang menciptakan budaya ngopi menjadi ada kelas-kelasnya. Ada istilah ngopinya kelas atas alias kaum borjuasi sama ngopinya kelas bawah alias proletariat. Dari sini dapat dilihat bahwa ternyata segala sesuatu bisa dikapitalisasi. Salah satunya yang manjur dikapitalisasi adalah sikap konsumtif masyarakat.
Bagi para pecinta kopi, mungkin hal semacam itu bukanlah persoalan besar. Tapi menurut saya, justru kopi kehilangan ruh-nya apabila menciptakan kelas sosial. Kopi dipercaya sebagai barang konsumsi yang merakyat, telah kehilangan jati dirinya, karena ia nyata menunjukkan keberpihakannya pada kapital. Kopi telah menciptakan stratifikasi sosial di antara kita, Sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H