Beberapa jam kemudian penduduk desaku gempar. Leni Gendhis membawa-bawa garpu dan mencari Mbah Jumi. Mbah Jumi yang bersembunyi di rumah warga berteriak mencari tahu siapa pelaku yang membuat Leni Gendhis bisa bebas berkeliaran.
Lalu aku menyerahkan diri ke Pak Sarwedi, ketua RT. Pak Sarwedi hanya menggelengkan kepala dan membantuku bermediasi dengan Mbah Jumi supaya dimaafkan. Ibu yang tidak menyadari bahwa aku akan senekat itu lantas menelpon Ayah yang berada di luar kota untuk segera pulang dan melaporkan tingkah anaknya.
Ayah seketika itu juga pulang karena ingin meminta anaknya dari pengamanan warga. Ibu yang terkejut dan setengah sadar, menggendong adik kecilku dengan mengelus-elus dadanya. Aku tahu ia menyebut banyak-banyak istighfar.
Beberapa anak muda tertawa geli karena hal ini, tapi sebagian yang lain khawatir karena Mbah Jumi sangat berapi-api, “Anak Nakal! Anak Nakal! Bagaimana orangtuamu mendidik kamu?”
Pak Sarwedi menghalangi Mbah Jumi menyentuhku, Bu Sri merangkulku dan mengelus-elus pundakku. Warga menahanku, namun menghardik Ibuku habis-habisan. Kepala Mbah Jumi berdarah-darah, banyak sayatan di wajahnya, dia ketakutan luar biasa.
Melihat kondisinya sekacau itu, aku hanya penasaran, bagaimana rasanya jika binatang peliharannmu menyerangmu?
Apakah akan sama seperti ini?
Tapi itu anakmu.
Kejadian itu menjadi berita terheboh sepanjang tahun, dan selalu dibahas dipertemuan-pertemuan warga. Jika Mbah Jumi tak hadir di pertemuan, itu menjadi cerita yang sangat menghibur, namun jika ada Mbah Jumi, itu menjadi cerita yang paling dihindari. Ada seseorang yang pernah berkata, “Jangan membicarakan itu di depan Mbah Jumi, nanti umurnya pendek.” Celetukan itulah yang menjadi prinsip para mutakalim.
Mbah Inna yang menceritakan hal itu pun tertawa terbahak-bahak. Membawa suasana masak-memasak menjadi panggung stand-up comedy. “Untung Ibumu sabar, ikhlas anaknya ditahan warga. Tapi yo dideleng ambek ngelus dodo (tapi ya dilihat dengan mengelus dada).”
Tawa kami menghening setelah Pak Sarwedi mengumumkan di toah masjid kalau Leni Gendhis meninggal dunia. Persiapan hajatan ngunduh mantu pun seketika menjadi persiapan perayaan duka.