Mohon tunggu...
Arinda Safira
Arinda Safira Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Manusia yang mudah penasaran ini tidak begitu tertarik dengan bakso dan mie ayam seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Maka jangan beri saya kedua itu untuk sebuah perayaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keputusannya adalah Tidak Mencintaiku

28 Januari 2023   04:30 Diperbarui: 28 Januari 2023   04:43 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa kalau bisa bahasa inggris, aku bisa dapat suami orang luar negeri?” tanyaku kepada Pak Ramlan waktu dia sedang beristirahat di perpustakaan.

“Bisa saja.” Jawabnya. “Kamu mau nyari suami bule?” tanyanya sambil tersenyum geli.

“Mungkin.” Kataku singkat.

Pernah di satu pertemuan dia mengajarkan pentingnya menempuh pendidikan tinggi, karena lewat pendidikanlah satu-satunya cara paling efektif supaya orang miskin bisa mentas dari kemiskinannya. Ada beberapa orang yang memang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi miskin, tapi takdir itu masih mungkin kita ubah dengan doa dan usaha yang relistis, jadi selalu ada kemungkinan untuk orang yang mau berusaha. Pertanyaannya adalah kita mau mengusahakannya atau tidak.

Kalimatnya terus terngiang di kepalaku. Hingga pada satu waktu saat Ibu kembali menawarkan ajakan menikah, aku dengan tegas bilang. “Bu, aku mau kuliah.”

Pernyataanku itu tidak disambut baik oleh Ibu. Dia marah dan menyebutku sebagai orang yang tidak sadar diri. “Kalau kuliah, dari mana duitnya? Kenapa kuliah? Kamu Ibu sekolahkan di SMK supaya bisa langsung kerja dan bantuin perekonomian keluarga, bukan malah kuliah. Nanti juga ujungnya kamu akan menikah, Kak. Jadi nggak perlu kuliah.” Dan lain-lain.

Tentu saja kalimat itu menyakitan buatku. Aku tahu semiskin apa keluargaku, tapi aku tidak mau terus-terusan jalan di tempat. Pemikiran Ibu yang dengan cara menjadi kaya adalah menikahi orang kaya atau kerja dengan gaji puluhan juta rupiah menurutku bukanlah sesuatu yang realistis untuk dilakukan. Bagaimana caraku tahu kalau laki-laki yang ingin menikahiku benar-benar laki-laki kaya? Bagaimana caraku mendapat gaji puluhan juta dengan ijasah SMK? Membuka usaha? Darimana modal awalnya?

Lalu aku memutuskan untuk pergi dari rumah beberapa hari. Mencari ketenangan ke rumah temanku. “Isti, aku mau kuliah.” Kataku kepada teman yang kamarnya aku tumpangi. Isti adalah temanku yang ingin kuliah juga, sama sepertiku. Kami sering bertukar pendapat dan pandangan saat di perpustakaan, kami juga sering menceritakan tentang latarbelakang ekonomi dan keluarga, dan menceritakan rencana-rencana kami kedepannya. Bisa dibilang kami sangat dekat.

“Rencana yang bagus.” Katanya sambil bermain dengan kucingnya. “Sudah siap dengan relitanya nanti? Mulai dari biaya dan kesibukannya?”

“Pertanyaan yang bagus.” Kataku yang juga sedang memikirkan jawabannya. Aku memang punya tabungan yang lumayan cukup untuk biaya masuknya. Tapi tidak dengan kebutuhan kos dan mobilitasnya nanti. Tidak dengan buku yang akan aku pelajari dan baju yang akan aku pakai saat kuliah nanti. Aku tidak memikirkan tentang itu.

Setelah ujian akhir aku bertemu Pak Ramlan di perpustakaan. Kami banyak membahas tentang dunia perkuliahan dan tentang cara belajar. “Kamu tertarik kuliah, Resti?” tanyanya yang ingin meyakinkanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun