// Kau Telah Jadi Ibu Lebih Dulu //
teruntuk inisial "af"
Perempuan dan watak
Perempuan dan perasaan
Perempuan dan keinginan
Seperti yang ku tau tentangmu,
cerita dan kesukaanmu,
selalu jadi sajak partikelir.
Antara kita, lalu membuatÂ
tertawa atau, juga kecewa.
Ada masa terkulai, bukti rapi
bahwa kita pernah saling menyatukanÂ
rasa, sebab keadaan sama-sama,
memaksa tumbuh kuat.
Di teras depan kelas pula, tlah jadi prasasti,
terkenang.
Terutama tentang Ibu, calon Ibu, dan IbuÂ
kita, sebagai perempuan.
Ingatkah kau nasi tiwul goreng? SejumputÂ
namun besar mencipta,
bahagia.
Ingatkan jeruji sepedamu? Perjalanan kitaÂ
tuk menepis, terseling janji dan
penting,
bahwa kita perempuan.
Kini 3 tahun silam.
Ada kabarmu dan, kau, keluarga kecilmu
Selamat! mungkin itu
manik-manik, derma Sang Tuhan
Kau telah jadi Ibu lebih dulu.
Sungguh, tidak ada yang rusak, bagiku.
Kau tetap sosok dulu,
sahajamu, ketegaranmu, pendengar hangat,
dan bagai buku yang setia.
Nikmati, manjakan
Ibadah dan bangunan hidupmu.
Sediakan warna,
sakinah, berbahagia.
Doaku.
Putra kecilmu, itu tentu
anugerah dan sumber cinta kasih, rahmat besar.
Sebab titianmu.
Dua gelas es cappucino,
menyatukan
semangat dan kenangan, perasaanku,
perasaanmu.🥺🥺🥺
Selesai ditulis,
Ponorogo
Rabu, 26 Januari 2022
07.59 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H