Mohon tunggu...
Katak kecil
Katak kecil Mohon Tunggu... Mahasiswa - di emper pondok ar-Rohman

Keringkan rumput selagi mentari bersinar.(***)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Kenangan "Kau Telah Jadi Ibu Lebih Dulu"

20 Februari 2022   20:00 Diperbarui: 20 Februari 2022   21:06 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Litbang Kemendagri-Ibu dan tumbuh kembang anak. Gambar: Nurelyana

// Kau Telah Jadi Ibu Lebih Dulu //

teruntuk inisial "af"

Perempuan dan watak
Perempuan dan perasaan
Perempuan dan keinginan

Seperti yang ku tau tentangmu,
cerita dan kesukaanmu,
selalu jadi sajak partikelir.
Antara kita, lalu membuat 

tertawa atau, juga kecewa.

Ada masa terkulai, bukti rapi
bahwa kita pernah saling menyatukan 

rasa, sebab keadaan sama-sama,
memaksa tumbuh kuat.

Di teras depan kelas pula, tlah jadi prasasti,
terkenang.
Terutama tentang Ibu, calon Ibu, dan Ibu 

kita, sebagai perempuan.

Ingatkah kau nasi tiwul goreng? Sejumput 

namun besar mencipta,

bahagia.
Ingatkan jeruji sepedamu? Perjalanan kita 

tuk menepis, terseling janji dan
penting,
bahwa kita perempuan.

Kini 3 tahun silam.
Ada kabarmu dan, kau, keluarga kecilmu
Selamat! mungkin itu
manik-manik, derma Sang Tuhan

Kau telah jadi Ibu lebih dulu.
Sungguh, tidak ada yang rusak, bagiku.
Kau tetap sosok dulu,
sahajamu, ketegaranmu, pendengar hangat,
dan bagai buku yang setia.

Nikmati, manjakan
Ibadah dan bangunan hidupmu.
Sediakan warna,
sakinah, berbahagia.
Doaku.

Putra kecilmu, itu tentu
anugerah dan sumber cinta kasih, rahmat besar.
Sebab titianmu.

Dua gelas es cappucino,
menyatukan
semangat dan kenangan, perasaanku,
perasaanmu.🥺🥺🥺

Selesai ditulis,
Ponorogo
Rabu, 26 Januari 2022
07.59 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun