Aku berdiri diatas harapan nestapa manusia
Duduk di singgasana, di depan ribuan pengerat buta
Lagipun aku pandai berbicara, jadi tak mengapa
Aku menunjukkan hologram pembangunan kota yang hanya sebuah fatamorgana
Yang menghasilkan pundi-pundi bunga
Faktanya aku menorehkan sejarah cela yang belum pernah ada sebelumnya
Ahh tidak mengapa
lagi pula manusia bodoh tidak butuh hidup sejahtera
Mereka cukup dengan segenggam nasi dan Pendidikan yang tak seberapa
Dan jika ada yang bertanya
Apakah kau tidak mengingat perjuangan pahlawan kita?
Yang benar saja? Untuk apa?Â
Bukankah anak muda sekarang juga pasti akan berkata
Untuk apa mengingat masa lalu, aku akan mencari yang baru
Begitu pula aku, akan ku bentuk pahlawan baru
Kata dia yang sudah lama
Semuanya itu tidak boleh hanya tinggal kata-kata dan semboyan-semboyan indah tetapi kosong
Dengar! kubuat itu kosong dan ku isi ulang
Ku cipta rangkaian nada baru yang berdendang
Mengikat darah yang sama diatas batu kerang
Dan kini lihatlahÂ
Sanak saudaraku kujadikan mereka tangga bambu
Tuk membuka jalan bagi permata hasil pahatanku
Dengarlah namanya sudah bergema seperti pahlawan diberbagai tempat
Yang berjuang agar benih baru kuat dengan asam sulfat
Lagipun dia kini bertambah kuat
Sudah bergandeng tangan dengan mantan panglima
Yang kini jadi raja digdaya rupa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H