Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pelarian-Pelarian [Part 3]

4 Januari 2025   15:20 Diperbarui: 4 Januari 2025   15:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah di tengah hutan yang berebut (pexels.com/@fidan-nazim-qizi)

Sepanjang Mama bersikap aneh, kami nyaris tidak berhenti melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang kami hapal. Malam terlewati begitu sulit beruntungnya saat hari terang kondisi Mama membaik. Namun, anehnya saat ditanyai apa yang Mama lihat semalam, ia tak ingat apa-apa.

"Mama nggak ingat apa-apa, memangnya Mama kenapa semalam?" Mama balik bertanya kepadaku dan Ayah.

Alisku dan Ayah kompak mengerut, aneh. Kenapa bisa begitu, apa Mama kesurupan?

"Nggak kenapa-kenapa, Ma. Mama cuma demam tinggi," pungkas Ayah.

Padahal aku penasaran apa yang dilihat Mama, barangkali ia melihat sosok misterius yang menyerupai Om Tama.

***

"Agni bangun, sudah sore!"

"Bangun, Nak!"

Suara Mama lolos sampai ke alam tidur membangunkanku yang kelewat pulas. Aku mengerjap-ngerjapkan mata lalu menguceknya. Aku mengambil jeda demi mengumpulkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul. Rumah terasa lebih lengang, setelah kulihat-lihat Ayah tidak ada bersama kami.

"Mama, sudah baikan, kah?" tanyaku sembari berusaha bangun.

"Iya, pusingnya saja yang masih ada sedikit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun